Damar Banten – hari ini, 28 April 2021 tepat hari meninggalnya seorang penyair terkenal Chairil Anwar yakni pada 28 April 1949 lalu. Untuk mengenang sosok Chairil Anwar, hari ini 28 April juga dikenal sebagai Hari Puisi Nasional Indonesia.
Dilansir dari kompasiana.com Chairil Anwar adalah seorang penyair angkatan 45 yang terkenal dengan puisinya yang berjudul “Aku”. Berkat puisi berjudul Aku, ia memiliki julukan “Si Binatang Jalang”.
Chairil Anwar lahir di Medan, 26 Juli 1922. Ia adalah putra mantan Bupati Indragiri Riau, dan masih memiliki ikatan keluarga dengan perdana menteri pertama Indonesia, Sutan Sjahrir. Ia bersekolah di Hollandsch Inlandsche school yang dilanjutkan di Meer Uitgebreid Onderwijs (MULO), tetapi tidak sampai tamat.
Walaupun latar belakang pendidikannya terbatas, Chairil Anwar menguasai tiga bahasa yaitu Inggris, Belanda, dan Jerman. Ia mulai mengenal dunia sastra diusia 19 tahun. Namanya mulai terkenal ketika tulisannya dimuat di Majalah Nisan pada tahun 1942 sebagai seorang penyair, kondisi sosial dan perjuangan bangsa Indonesia mengilhami pembuatan puisinya. Chairil Anwar menciptakan karya yang sangat terkenal bahkan sampai saat ini seperti “Krawang Bekasi” dan “Aku”.
Dilansir dari wikipedia.org, vitalitas puitis Chairil Anwar tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya. Sebelum menginjak usia 27 tahun, sejumlah penyakit telah menimpanya. Akhirnya Chairil Anwar meninggal dalam usia muda di Rumah Sakit CBZ Jakarta. Penyebab kematiannya tidak diketahui pasti, namun menurut dugaan karena penyakit TBC.
Karya Chairil Anwar
Selama hidupnya Chairil Anwar telah menulis sekitar 94 karya, termasuk 70 puisi. Puisi terakhir Chairil Anwar berjudul Cemara Menderai Sampai Jauh, ditulis pada tahun 1949.
Dikutip dari buku Chairil Anwar Hasil Karya dan Pengabdian oleh Dra. Siti Sutjianingsih. Sajak-sajak Chairil Anwar melukiskan tentang berbagai macam segi kehidupan antara lain tentang kematian, cinta tanah air, menggugah semanagt, agama, cinta kasih, suasana hati, dan lain-lain.
Sajak pertama yang ditulis oleh Chairil Anwar berjudul Nisan. Pada waktu itu ia baru kehilangan nenekanya yang tercinta. Berikut puisi yang di tulis Chairil Anwar
Nisan
Untuk Nenekanda
Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridhaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu di atas debu
Dan duka maha tuan tak tertahta
Sajak Chairil Anwar yang terkenal dan merupakan gambaran hidupnya berjudul Aku , dalam sajaknya Chairil Anwar menyebut dirinya binatang jalang. Berikut sajak berjudul Aku
Aku
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Penulis : Hamidah