By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Damar BantenDamar BantenDamar Banten
  • Beranda
  • Utama Damar Banten
  • Seputar Banten
  • Ekonomi dan Bisnis
  • Wisata-Budaya
  • Olahraga
  • opini
  • Figur
  • Video
Reading: HIDROPONIK JADI JALAN SWASEMBADA PANGAN KOTA DI TANAH JAWARA
Share
Font ResizerAa
Font ResizerAa
Damar BantenDamar Banten
  • Beranda
  • Utama
  • Seputar Banten
  • Ekonomi dan Bisnis
  • Wisata-Budaya
  • Olahraga
  • opini
  • Figur
  • Seputar Banten
  • Komunitas
  • Utama
  • Ekonomi – Bisnis
  • Wisata dan Budaya
  • Olah Raga
  • Figur
  • Sorotan
  • Contact
  • Blog
  • Complaint
  • Advertise
  • Advertise
© 2025 Damar Banten.
opini

HIDROPONIK JADI JALAN SWASEMBADA PANGAN KOTA DI TANAH JAWARA

Last updated: April 9, 2025 9:35 am
4 bulan ago
Share
7 Min Read
SHARE

Krisis iklim yang kian intens, jurang ketimpangan sosial yang melebar hingga tekanan ekonomi global yang menghimpit membuat isu pangan tak lagi bisa diabaikan. Ketahanan pangan kini bukan sekadar jargon pembangunan, melainkan bagian dari komitmen global Indonesia untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin ke-2 Zero Hunger. Di tengah tekanan itu, Banten menghadapi tantangan serius dalam menyusutnya lahan pertanian secara masif. 

Sebagai salah satu daerah penyangga ibu kota dan wilayah strategis industri, Banten menghadapi penyusutan signifikan lahan pertanian produktif. Data Badan Pertahanan Nasional (BPN) Banten menunjukkan bahwa dalam kurun waktu empat tahun terakhir, Luas Baku Sawah (LBS) menyusut drastis dari 204.335 hektare pada 2019 menjadi hanya 194.465,39 hektare di tahun 2023. Situasi alih fungsi lahan ini mengancam kemampuan daerah untuk menjaga ketahanan pangan secara mandiri. Padahal, kebutuhan pangan terus meningkat dan tekanan harga di pasar makin terasa di tingkat rumah tangga. 

Penyusutan lahan ini bukan hanya kehilangan ruang tanam, tetapi juga mengikis fondasi ketahanan pangan lokal. Ketika lahan semakin sempit, produktivitas pertanian menurun dan gejolak harga pangan menjadi ancaman nyata. Tidak hanya itu, keberlanjutan usaha tani pun ikut tergerus. Data Sensus Pertanian di Banten 2023 menunjukkan, meski jumlah Rumah Tangga Usaha Pertanian (RTUP) memang meningkat 1,48%. Namun, jumlah Usaha Pertanian Perorangan (UTP) menurun drastis hingga 8,43% dari 665.330 unit pada 2013 menjadi 609.226 unit pada 2023. Artinya, semakin sedikit warga yang menggantungkan hidup dari pertanian.

Dalam situasi yang makin kompleks ini, pertanian konvensional saja tidak lagi cukup menjawab kebutuhan. Diperlukan pendekatan baru yang adaptif dan bisa dijalankan bahkan di ruang terbatas. Di sinilah teknologi pertanian modern seperti hidroponik menawarkan harapan. Hidroponik memungkinkan masyarakat urban memproduksi pangan secara mandiri tanpa bergantung pada lahan luas. Teknologi ini memanfaatkan media air dan nutrisi dengan sistem produktivitas yang ramah lingkungan. 

Di jantung Kota Serang, Graha Hydroponik Center menjadi contoh nyata. Di tengah kawasan pemukiman, tempat ini sukses menjadi salah satu dari sedikit pertanian yang mengembangkan pertanian hidroponik di perkotaan yang mampu memproduksi berbagai jenis sayuran segar. Bapak R. Nasrudin, pelaku pertanian Graha Hydroponik Center (21/03/2025) menegaskan bahwa dalam dua tahun terakhir, kemajuan pertanian hidroponik di Indonesia menunjukkan peningkatan yang pesat terutama pasca terpaan pandemi COVID-19. Namun yang patut digarisbawahi dalam setahun terakhir kemajuan itu mulai tampak di Serang. Bahkan, di Banten mulai ramai diperbincangkan di berbagai media massa. 

Ia pun menambahkan bahwa dalam skala teknis, per meter persegi lahan hidroponik bisa ditanami 20 hingga 30 tanaman, jauh lebih produktif dari pertanian konvensional yang hanya mampu menampung 5 hingga 10 tanaman. Artinya produktivitasnya dapat tiga kali lipat lebih tinggi. Ini membuktikan bahwa dengan teknologi yang tepat, masyarakat kota pun bisa turut menjadi produsen pangan, bukan hanya konsumen. Bahkan, berpotensi menjadi sumber pendapatan baru bagi pelaku hidroponik skala rumah tangga.

Hidroponik juga relatif mudah dijalankan. Tanpa butuh lahan luas dan kerja fisik berat, sistem ini cukup mengandalkan sirkulasi air dan pemantauan berkala. Dari segi waktu, penyemaian hingga panen dapat berlangsung dalam 40-45 hari bahkan bisa hanya 30 hari dengan pola panen fleksibel baik per hari maupun per minggu. Selain itu, perputaran siklus pindah tanam nya yang jauh lebih cepat dibanding konvensional.

Namun, hidroponik tidak sepenuhnya bebas kendala. Musim hujan dapat menurunkan produktivitas hidroponik outdoorkarena minimnya cahaya matahari, gangguan hama dan gangguan pada keseimbangan nutrisi akibat air hujan. Sementara itu, faktor lingkungan hidroponik indoor dapat dikontrol, baik dari sistem pencahayaan, suhu dan pengaruh cuaca. 

Tantangan lain justru terletak pada persepsi generasi muda. Bertani masih kerap dianggap pekerjaan kasar dan tidak menarik. Padahal, hidroponik hadir sebagai bentuk pertanian modern yang bersih, rapi dan berbasis teknologi selaras dengan gaya hidup urban. Perubahan pola pikir ini penting agar lebih banyak anak muda terlibat membangun ketahanan pangan kota.

Sayangnya, hidroponik hingga kini masih berkembang dalam ruang-ruang kecil tanpa arah kebijakan yang menyeluruh. Pertanyaannya kini bukan lagi soal apakah hidroponik layak dikembangkan, tetapi bagaimana pertanian hidroponik dapat dioptimalkan sebagai strategi kemandirian pangan perkotaan, khususnya di Banten?

Optimalisasi hidroponik harus diutamakan menjadi bagian integral dari kebijakan pangan dan perencanaan tata ruang perkotaan. Setiap kawasan pemukiman, sekolah, pesantren hingga kantor dapat diarahkan memiliki instalasi hidroponik skala kecil. Ini bukan hanya soal produksi pangan, tetapi juga membangun kesadaran kolektif akan pentingnya kemandirian dan keberlanjutan di tengah krisis iklim dan tekanan urbanisasi.

Namun, mewujudkan swasembada pangan di kota tidak cukup jika hanya bergantung pada pemerintah. Perubahan besar kerap lahir dari kesadaran kecil di tengah masyarakat. Gerakan menanam di pekarangan, balkon dan halaman adalah langkah sederhana yang dapat membawa dampak nyata jika dilakukan secara luas dan konsisten. Ketika warga mulai memproduksi sebagian kebutuhan pangannya sendiri, bukan hanya ketahanan pangan yang terbentuk, tetapi juga kemandirian dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. 

Hidroponik tidak hanya teknik bertani, melainkan simbol perlawanan terhadap ketergantungan pangan dan ketidakberdayaan di tengah keterbatasan ruang. Ia menghadirkan kemungkinan baru bagi kota untuk tidak lagi menjadi konsumen, tetapi juga produsen pangan yang berdaya. Di Tanah Jawara, semangat kemandirian itu perlu digelorakan oleh pemerintah, masyarakat hingga generasi muda. Ketika hidroponik tumbuh di banyak sudut kota, bukan mustahil swasembada pangan kota menjadi nyata. Dari perkarangan rumah, kita bisa menanam harapan untuk masa depan yang lebih hijau, mandiri dan berkelanjutan. Karena pada akhirnya, siapa yang menanam di masa sempit, dialah yang akan menuai ketahanan di masa sulit. 

Penulis :Puji Lestari Supangat

You Might Also Like

Kerja Praktek Universitas Pamulang Kota Serang: Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Inventory Berbasis Web
Jejak Perjalanan KOHATI MPO Cabang Serang
Konten TikTok Pengaruhi Gaya Hidup Remaja, Ini Data & Analisis Nyata
Rumah Tahfidzul Qur’an El‑Alif: Dari Teras Sederhana Menjadi Cahaya Qur’ani di Kota Serang
MoU Jembatan Publik dan Akademik
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Find Us on Socials

Berita Terkait

Wagub Banten A Dimyati Natakusumah: Pemimpin Harus Cerdas, Berakhlak dan Komunikatif

1 bulan ago

Empat Syarat Sah Hewan Kurban

2 bulan ago

Europa Universalis V Rilis,  Anda Serasa Tokoh Hebat Dunia

2 bulan ago

Ini 6 Keutamaan Berkurban, Salah Satunya Mengantarkan ke Surga

2 bulan ago

Damar BantenDamar Banten
© 2025 Damar Banten | PT. MEDIA DAMAR BANTEN Jalan Jakarta KM 5, Lingkungan Parung No. 7B Kota Serang Provinsi Banten
  • Iklan
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?