Damar Banten – Sebanyak 78 peserta antusias mengikuti Workshop Praktik Tubuh Pasca Residensi Internasional Southeast Asian Choreolab 2025 yang digelar di Balai Warga Kampung Literasi Pekijing, Kelurahan Kalang Anyar, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, pada Minggu (10/8/2025) pukul 14.30 WIB. Kegiatan ini diinisiasi oleh Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Mandiri 04 Kalang Anyar Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten bersama fasilitator Putri Wartawati.
Workshop ini menjadi bentuk diseminasi hasil residensi internasional Southeast Asian Choreolab 2025 yang diikuti Putri Wartawati di Malaysia. Dalam pelatihan tersebut, Putri memperkenalkan seni gerak kontemporer sebagai media ekspresi dan refleksi keseharian berbasis konteks lokal.
“Workshop ini kami selenggarakan untuk membuka akses pelatihan seni gerak kontemporer bagi masyarakat, khususnya di kampung Pekijing yang punya potensi budaya kuat tapi minim ruang eksplorasi,”* ujar Putri. “Tujuannya, memperkenalkan praktik tubuh sebagai alat ekspresi sekaligus media refleksi keseharian.”
4 Fokus Utama Workshop
Materi yang disampaikan dalam workshop mencakup empat fokus utama: body awareness atau kesadaran tubuh, improvisasi gerak berbasis objek sehari-hari, struktur koreografi sederhana, dan praktik kelompok interaktif. Putri juga mengadaptasi elemen lokal seperti tari piring dalam modul pelatihan.
“Saya harap peserta tak hanya dapat teknik baru, tapi juga percaya diri memaknai tubuh mereka sebagai ‘naskah hidup’. Seni gerak bisa jadi alat kritik sosial atau sarana merayakan kearifan lokal,”tambahnya.

Ungkapan Peserta Workshop
Para peserta menyambut positif kegiatan ini. Diva (17), salah satu peserta dari Kampung Pekijing, mengaku baru pertama kali mengikuti pelatihan seni gerak langsung.
“Selama ini cuma lihat tari kontemporer di YouTube. Ternyata gerak sederhana seperti jongkok atau gerakan tangan bisa jadi karya indah. Saya jadi sadar tubuh saya kaku karena jarang dieksplor,” ujarnya.
“Saya mau ikut lagi karena kegiatan ini sangat positif.”
Hal senada disampaikan Arya (20), peserta lainnya. Ia berharap kegiatan semacam ini dapat diadakan lebih sering karena bermanfaat untuk meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri masyarakat terhadap tubuh dan seni gerak.
Tantangan dan Harapan
Kegiatan ini juga melibatkan kolaborasi erat dengan warga setempat. Ketua Pelaksana Workshop, Nural, menjelaskan bahwa lokasi workshop dipilih di balai warga yang biasa digunakan untuk pertemuan komunitas.
“Tantangannya, lantainya terlalu keras untuk gerak lantai. Jadi kami pinjam terpal dari masjid. Ibu-ibu kader bantu konsumsi, pemuda dan mahasiswa urus sound system dan set up tempat. Gotong royong terasa sekali,” kata Nural.
Workshop ini diharapkan mampu menjadi awal dari rangkaian pelatihan seni berkelanjutan di Kampung Pekijing, sekaligus membuka ruang-ruang alternatif bagi masyarakat untuk berekspresi secara kreatif.
Penulis: Fadhil & Anil