Damar Banten – Perwakilan Bank Indonesia Tokyo, Jepang, Dr. Ir. H. Imaduddin Sahabat menyampaikan kondisi ekonomi dunia sedang melambat, peluang kerja sama antara Indonesia dan Jepang justru semakin terbuka di sektor pertanian dan tenaga kerja. Hal ini disampaikannya dalam Seminar Nasional bertema “Sinergitas Alumni IPB Wujudkan Banten Maju Melalui Ketahanan Pangan Berkelanjutan”, yang digelar Minggu, 20 Juli 2025 di Auditorium Untirta, Kampus Sindangsari.
“Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini diproyeksikan hanya 3%, termasuk negara-negara besar seperti Amerika, Jepang, dan Tiongkok. Sementara itu, Indonesia diproyeksikan tumbuh sekitar 4,6% hingga 5,4% di tahun 2025,” ujar Imaduddin dalam penyampaiannya melalui daring.
Menurutnya, hubungan bilateral antara ke dua negara di bidang perdagangan dan ekonomi menjadi sangat penting dalam menghadapi tantangan global. Meskipun Jepang saat ini mengalami kontraksi ekonomi, negara tersebut tetap menjadi salah satu investor terbesar di Indonesia.
Ia menjelaskan saat ini Jepang sedang menghadapi krisis tenaga kerja dengan kebutuhan mencapai 800 ribuan pekerja asing hingga tahun 2029. “Dari angka tersebut, Indonesia berpotensi menyumbang sekitar 200 ribuan tenaga kerja, termasuk di bidang pertanian. Ini peluang besar yang bisa dimanfaatkan,” ujarnya.
Peran Bahasa Jepang
Imaduddin mengemukakan pengalamannya menghadiri pertemuan dengan siswa-siswa SMK se-Banten di Cilegon. Ia menilai pentingnya pelatihan bahasa Jepang bagi para siswa agar mampu bersaing dan mengambil peluang kerja di Jepang.
Selain sektor tenaga kerja, Jepang juga menjadi pasar potensial untuk ekspor hasil pertanian Indonesia. “Sekitar 40% makanan di Jepang berasal dari impor. Ini potensi besar bagi kita, termasuk Banten, untuk menjadikan Jepang sebagai tujuan ekspor,” jelasnya. Namun, ia mengingatkan bahwa Jepang sangat ketat dalam standar masuk produk, terutama terkait residu bahan kimia pada produk pertanian.
Ia juga menyoroti kegiatan Festival Kopi terbesar se-Asia yang digelar di Jepang pada bulan September tahun lalu. “Tahun lalu kami pernah membawa 12 kopi dari Indonesia, salah satunya dari Banten, yaitu kopi Saketi. Antusiasmenya cukup tinggi. Tahun ini kami akan kembali mengadakan pameran, tidak hanya kopi, tetapi juga kakao dan gula aren,” paparnya.
Menutup penyampaiannya, Imaduddin berharap agar pertemuan alumni IPB bukan hanya menjadi ajang silaturahmi, melainkan menjadi wadah membangun sinergi untuk kemajuan bersama.
“Kumpulan alumni ini tidak hanya nostalgia dan silaturahmi tapi bangun sinergitas.” Tutupnya.
Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa sinergi alumni dapat menjadi kunci untuk mendorong kemajuan Banten secara nyata.
Penulis : Mardiah