Pertarungan Produsen Virus dan Vaksin dengan “Orang Gila”

Kini, satu demi satu perlawanan terhadap Konspirator Pencipta Virus dan Vaksin yang saat ini dikenal dengan sebutan “GLOBALIS” semakin menemukan bentuk. Termasuk perlawanan tak diniatkan dalam bentuk paling sederhana. Ada dalam bentuk cara2 menangkal kehadiran virus di tubuh kita seperti minum sambiloto, makan bawang putih (bahkan kini meningkat fungsinya ke pengobatan), menghirup uap panas (juga telah menjadi cara pengobatan dini) dan Ivermectin, sebuah perlawanan kebetulan yang termasuk perlawanan tak diniatkan. Ivermectin adalah Obat Cacing yang secara kebetulan sekali sangat manjur untuk pengobatan Covid 19, begitu yang terbukti di Amerika Serikat dan Australia. Tentu saja produsen Ivermectin memanfaatkan situasi ini untuk keuntungan komersial. Tetapi produsen Virus dan Vaksin menganggap ini perlawanan berbahaya yang mesti dihambat. Karena itulah terjadi keruwetan yang aneh dalam pengadaan Ivermectin di seluruh dunia.

Satu tahun yang lalu, saat Covid 19 dinyatakan resmi telah masuk ke Indonesia, Tim “Cell Cure” RSPAD sudah mulai memikirkan bagaimana memanfaatkan “cell cure” untuk mengatasi Covid 19. Mereka mempelajari banyak publikasi internasional dan menemukan bahwa di Amerika juga muncul ide serupa yang dimotori oleh Prof. dr. Hans Keirstead PhD (Disway 21 Peb. 2021). Kontak dilakukan dan komunikasi positif pun terjadi karena Prof. Hans melihat bahwa Indonesia telah memiliki “Tim Cell Cure” yang terpercaya. Maka lahirlah Vaksin Nusantara.

Hebatnya, Vaksin Nusantara adalah pengobatan terhadap Covid yang aman dari efek samping dan berlaku lama, kalaupun tak bisa disebut selamanya. Ditambah kemampuan membunuh virus apa saja, termasuk virus-virus hasil mutasi, maka lengkaplah Vaksin Nusantara ini menjadi ancaman serius bagi Produsen Virus dan Vaksin. Dr. Terawan yang saat Vaksin Nusantara mulai diuji cobakan masih menyandang status sebagai Menteri Kesehatan, langsung dicopot karena dipastikan akan memperlancar ijin-ijin yang dibutuhkan Vaksin Nusantara. Maka dimulailah perang baru antara Vaksin Nusantara dengan Produsen Virus dan Vaksin hingga saat ini. Tak usah heran bila kelak Vaksin Nusantara tidak mendapat ijin berbagai tahapan yang dibutuhkan untuk ditentukannya Vaksin Nusantara sebagai vaksin resmi.

Perlawanan “gila” yang paling viral dan kontroversial, datang dari dr. Lois Owein yang menyatakan bahwa Covid 19 itu tidak ada. Tentu saja pernyataan ini membuat masyarakat tertarik dan pemerintah beserta para dokter yang merasa telah menghadapi Virus Covid 19 “setengah bahkan satu mati”, seperti kebakaran jenggot. Dilancarkanlah serangan balik yang agak “absurd”, dr. Lois diframing sebagai “orang gila” yang tentu saja dibantah langsung oleh dr. Lois. Dr. Lois bahkan tetap konsisten menantang debat terbuka dengan IDI, yang tentu saja tak mau melayani dengan berbagai pertimbangan dan alasan.

Tampaknya tantangan dr. Lois terhadap Produsen Virus dan Vaksin ini adalah tantangan yang dilakukan dengan kesadaran penuh, meski mungkin kurang “gila” sehingga mudah dipatahkan. Kalau kita mampu melihat dengan jeli, perlawanan dr. Lois lebih kepada untuk menenangkan masyarakat dari kepanikan yang bersifat massal, kepanikan yang bisa melemahkan imunitas tubuh masyarakat secara massal pula. Karena pada dasarnya, belum ada obat Covid 19. Intinya perlawanan individu terhadap Globalis semakin keras dan nyata yang ditandai oleh munculnya pejuang-pejuang kemanusiaan yang “gila”, handal dan militan dari kalangan masyarakat biasa.

Sekilas Tentang Globalis

Perlawanan terhadap Globalis memang dimulai oleh individu-individu “gila” yang tertarik pada berbagai peristiwa-peristiwa kejahatan massal yang melanda dunia, yang tanpa penjelasan apa-apa. Misal terjadinya Perang Saudara Amerika, terjadinya Revolusi Perancis, Revolusi Bolsjevik, Perang Dunia 1 dan 2, Perang Timur Tengah dan yang terakhir adalah runtuhnya Twin Tower di Amerika Serikat. Semua peristiwa besar tersebut hanya ditulis sebagai sejarah, sebagai sebuah kejadian tanpa ada pengkajian.

Bagaimana mungkin peristiwa-peristiwa besar yang menelan korban ribuan bahkan jutaan jiwa, atau menelan korban Tokoh Besar Dunia, tak satu pun ada kajian formalnya? Bukankah sebuah kajian akan menghantar kita kepada kesimpulan, termasuk kesimpulan apa penyebabnya sehingga di lain waktu masyarakat dunia tidak terjerumus lagi di lobang yang sama? Ada apa ini? Bagaimana bisa negara-negara di dunia menerima saja suatu krisis ekonomi yang meluluh lantakkan negara-negara di dunia, termasuk negara mereka, tanpa membuat kajian yang mestinya bisa mereka lakukan? Bagaimana bisa dunia mengalami resesi yang sama berulang-ulang? Mungkinkah hal ini suatu yang memang diciptakan dengan sengaja berulang-ulang, karena menguntungkan pihak yang menciptakannya?

Kini pun, penyelidikan tentang asal muasal terjadinya Covid saja belum ada kesimpulannya? Trump sudah memulai penyelidikan tentang hal ini. Tetapi begitu Biden terpilih, penyelidikan ini ditutup tanpa alasan. Baru Mei lalu, Biden membuka kembali kasus penyelidikan terhadap asal muasal Covid 19 ini. Itupun karena desakan dalam negeri (Pentagon) dan terlebih lagi desakan Rusia (Putin), yang sudah memastikan bahwa Pandemi Covid ini adalah rekayasa sekelompok kaum yang berambisi menjadikan dunia ini berada dalam genggaman mereka.

Apa boleh buat, Biden membuka kembali penyelidikan sumber asal muasal Covid, yang tidak tertutup kemungkinan justru berasal dari ulah pendukung utama Biden yang berhasil secara “de jure” menjadikan Biden sebagai Presiden Amerika Serikat. Bila itu yang terbukti, maka Biden berada dalam dilemma besar. Bila ia berani melawan Tuannya, maka Perang Dunia ke 3 akan terjadi secara mengerikan. Bila Biden tidak berani melawan Tuan yang menjadikannya Presiden, maka masyarakat dunia akan berada dalam genggaman kaum Globalis dengan Covid yang semakin ganas dan bermutasi terus menerus sampai penduduk dunia ini hanya berjumlah 500 juta orang, sebagaimana yang disebutkan dalam Situs Georgia Guidestones yang misterius.

Menurut keterangan Wikipedia, monumen “Georgia Guidestone” terdiri dari empat buah lempeng granit berukuran besar bertuliskan pesan dalam delapan bahasa, antara lain bahasa Arab, Yunani kuno, Sansekerta, piktograf Babilonia kuno, dan hieroglif. Isinya adalah sepuluh pesan yang ditujukan untuk seluruh umat manusia yang intinya adalah saran untuk :
(1) menciptakan sebuah pemerintahan universal yang mengatur seluruh dunia dalam satu tatanan milik bersama,
(2) menjaga keseimbangan antara populasi manusia dan alam, dengan menjaga jumlah penduduk dunia agar tidak lebih dari 500.000.000 penduduk,
(3) peradaban yang berdasarkan kejujuran, kebaikan, dan supremasi hukum yang tidak berpihak, serta
(4) spiritualitas dalam menjalani kehidupan.
Hingga kini, sejak munculnya situs tersebut di tahun 1980, masih terpelihara, tanpa diketahui siapa pembuatnya. Perhatikan poin 2.

Perlawanan Terhadap Globalis

Meningkatnya perhatian orang-orang “gila” dunia terhadap Teori Konspirasi, terutama adalah setelah terbitnya buku misterius berjudul Secret Societies and Their Power in The 20 oleh Van Helsing. Buku aslinya berbahasa Jerman dengan judul : Geheimges Selscaaften und Ihre Macht im 20 Jahrhundert yang diterbitkan oleh Ewertverlag SL-Grand, Canaria, Spanyol di tahun 1995. Kini mata ajaran Teori Konspirasi telah mendunia dan sudah sangat sulit bagi Secret Societies yang dipaksa muncul ke permukaan dengan nama Freemason dan Illuminati, untuk menangkalnya. Kenapa?

Perlawanan paling keras justru muncul dari “manusia-manusia gila” di dunia yang memiliki kegilaan, keberanian dan kreatifitas. Pembangkang jenis inilah yang justru ditakuti oleh kaum Globalis katimbang lainnya. Pembangkang-pembangkang ini tidak memiliki organisasi, tidak terstruktur, tidak memiliki domisili tetap atau tepatnya tidak memiliki sekretariat dan karenanya tidak memiliki wajah. Wajah mereka terpantek pada kepala ribuan orang bahkan bisa jadi kini pada jutaan orang yang bergerak dinamis di seluruh pelosok dunia. Dan mereka memiliki motto “LAWAN!”

Semua pembangkang merupakan senjata-senjata hidup yang beraksi bak senjata-senjata personal, yang sangat ditakuti oleh Globalis meski mereka merasa sudah sangat kuat menguasai bumi ini. Di Indonesia, setidaknya ada 4 individu pemberani yang memproklamirkan diri sebagai lawan Globalis, yaitu Mardigu Sontoloyo, penentang paling berani, produktif dan terang-terangan, dr. Siti Fadillah Supari, penyelamat dunia dari Virus Flu Burung yang awalnya akan dijadikan pandemi, kemudian seorang Tokoh Polisi yang tidak etis bila saya sebut namanya dan dr. Lois Owien yang telah kita kenal.

Sebaliknya, Perancang Virus dan Vaksin ini tidak takut pada organisasi apa pun yang akan melawan mereka. Mereka juga tidak takut pada negara mana pun yang akan melawan mereka. Bahkan mereka tidak takut pada Organisasi Regional suatu kawasan negara. Siapa mereka Perancang Pandemi Global Covid 19 ini? Dalam 3 dekade belakangan ini, ada satu tema yang mengglobal merasuki orang-orang “gila” di dunia, seperti yang telah disinggung di atas. Itulah dia, Teori Konspirasi, yang hasil akhirnya bertumpu pada suatu fakta adanya satu kekuatan (power) yang menguasai dunia secara “de facto”.

Dalam teori itu, hampir setiap peristiwa besar dunia, dalam abad ke 20 yang lalu, dikaitkan dengan organisasi rahasia Freemason-Illuminati, yang kini dikenal sebagai Globalis. Baik Revolusi Bolsjevijk, Perang Dunia 1, Perang Dunia 2, Pembunuhan John F Kennedy, Pembunuhan Paus Johanes Paulus 1, Pembunuhan John Lenon, Pembunuhan Puteri Diana dan bahkan juga peristiwa-peristiwa besar sebelum abad 20 pun termasuk di dalamnya. Peristiwa apa saja itu? Itulah Declaration of Independent America, Perang Saudara Amerika, Pembunuhan Presiden Amerika Abraham Lincoln, teror-teror Ku Klux Klan, Revolusi Perancis dan Kongres Zionis Internasional 1 di dunia yang diselenggarakan di Bassel, Swiss.

Runtuhnya Dinasti Globalis

Kini, Pandemi Corona Virus Disease tahun 2019, yang terkenal ke seluruh dunia dengan nama singkatan Covid 19, ditimpakan kembali kepada Kelompok Secret Societies ini. Memang tidak bisa tidak, karena hanya merekalah satu-satunya tertuduh yang memiliki jaringan paling luar biasa di seluruh dunia. Hanya merekalah yang memiliki akses ke negara2 besar maupun kecil di dunia dan hanya mereka pulalah yang memiliki kendali terhadap lembaga-lembaga internasional termasuk PBB dengan segala perangkatnya. Jangan dilupakan, hanya mereka pula yang punya akses ke media di seluruh dunia. Artinya klop…! Tak salah bila dituduh!

Mereka berusaha mati-matian membesar-besarkan virus ini utk menciptakan histeria massal. Karena mereka sangat memahami, histeria massal akan menjadi penyebab kepanikan massal yg kemudian berlanjut dgn ketakutan massal yang tentu saja akan berlanjut pula pada stress massal dan berakhir pada penurunan imunitas secara massal. Penurunan imunitas secara massal akan berdampak kepada serangan virus secara massal pula terhadap masyarakat luas di dunia. Tentu saja semua berakhir pada kebutuhan pada vaksin yang juga massal.

Mungkin kita semua masih ingat, bagaimana ketakutan massal disebarkan melalui video gerbong KA di Amerika yang sangat panjang membawa ribuan mayat korban Covid 19, tumpukan mayat korban Covid yang dikuburkan dengan cara dibuang dari truk-truk pengangkut jenasah yang katanya terjadi di Italia dan pasti kita masih ingat juga video-video yang menunjukkan keluarga-keluarga yang tidak bersedia anggota keluarganya yang meninggal biasa, disebut sebagai korban Covid, meski diberi uang ratusan juta rupiah. Kita yang kritis pasti mampu mengekstrapolasi semua kejadian itu sebagai apa…

Semua ini dilakukan dengan sangat sistematis dan dimassalkan melalui media mainstream yg sudah dikuasai oleh para Globalis dalam seratus tahun lebih belakangan ini. Alat2 pendeteksi virus sdh dirancang 2-3 tahun sebelum virus dikeluarkan, karena itulah begitu virus lahir dan meledak (ada kecurigaan lebih besar virus disebarkan melalui drone di malam hari, setelah di Madura diketemukan drone yg jatuh), maka alat pendeteksinya sudah siap pula untuk mendukung skenario. Tak heran, bila banyak yang curiga alat pendeteksi virus dirancang untuk bisa diubah-ubah hasilnya sesuai kehendak pengguna. Bukankah itu yang dituduhkan dr. Lois kepada para dokter komprador? Kini hampir semua negara di dunia bangkrut akibat ekonomi yang mandek dan kebutuhan terhadap vaksin yang menyerap dana bahkan mencapai ribuan trilyun rupiah. Bandingkan dgn dampak Perang Dunia 2 yang melahirkan Marshal Plan.

Sebagaimana Marshal Plan, kini dunia ditawari bantuan untuk pemulihan ekonomi dan kebutuhan vaksin oleh Bank Dunia, IMF dan China, yang kini diduga ditunggangi Globalis setelah Globalis pada masa Trump dicoba ditendang dari Amerika (setelah mereka menguasai Amerika selama 200 tahun). Ingat, Globalis adalah Warga Dunia yang tak memiliki Tanah Air. Trump gagal pada Pilpres Kedua-nya, karena Biden didukung penuh dana dan media nasional maupun internasional yang dikuasai Globalis. Tetapi pertarungan antara Globalis dan Nasionalis Amerika belum berakhir, meskipun Trump dikalahkan dalam Pilpres yang baru lalu, yang ditengarai curang.

Nasionalis Amerika didukung penuh Pentagon, menekan Biden untuk tidak membebek pada Globalis. Karena itulah Biden tak kuasa menghentikan permusuhan dengan China yang dimulai oleh Trump, padahal Globalis menginginkan Amerika berdamai dengan China. Kini Rusia bahkan sudah menyadari sepenuhnya, adanya Konspirasi Virus dan Vaksin ini dan sudah mantap untuk menendang Globalis dari muka bumi dengan mengajak Biden. Biden tampaknya percaya pada Putin dan tentu saja didukung Pentagon yang menganggap Globalis adalah biang kerok kekacauan dunia. Oleh karena itu Biden memerintahkan CIA untuk menyelidiki kembali asal-muasal virus, setelah sebelumnya ia sendiri memerintahkan penutupan kasus yang dibuka oleh Trump itu.

Kini Biden memberi waktu 90 hari kepada CIA untuk bekerja, yaitu dari tanggal 27 Mei s/d tgl 25 Agustus 2021. Pabila CIA sampai pada rekomendasi yang sama dengan Rusia (Putin), maka tunggulah, Perang Dunia 3 bakal terjadi antara Rusia bergabung dengan Amerika, melawan China yang akan melindungi Globalis, meski di tengah keraguan Eropah utk ikut ambil bagian akibat banyak pemimpin Eropah yang sudah termakan dana Globalis. Peperangan bisa dipastikan akan dimenangkan koalisi Rusia-Amerika, meski China memiliki persenjataan super canggih sekalipun. Sebabnya, China belum memiliki keterampilan berperang, harus menghadapi 2 petarung dunia yang sarat pengalaman perang. China akan hancur berantakan, termasuk digerogoti pemberontakan dari dalam. Kecuali, China turut Koalisi Rusia-Amerika untuk bersama mengusir Globalis yang tidak memiliki Tanah Air. Apakah itu akan menjadi Titik Nadir bagi Globalis? Kita tunggu tanggal 25 Agustus mendatang.

Oleh : Indra Adil

Cibubur, 17 Juli 2021.

BERITA TERKAIT

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Tulis Namamu Disini

- Advertisement -spot_img

PALING SERING DIBACA

- Advertisement -spot_img

Terkini