Damar Banten – Cara masyarakat Baduy dalam bercocok tanam tergolong unik, berbeda dengan para petani pada umumnya.
Hal itu dikemukakan Kepala Desa Baduy (Jaro), Ardi dalam Seminar Nasional dan Musyawarah Daerah (Musda) VI Dewan Pengurus Daerah Himpunan Alumni (DPD HA) IPB Provinsi Banten yang digelar di Auditorium Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA), Kampus Sindangsari, Serang, (20/07/2025).
Keunikan Bercocok Tanam
Pada kesempatan itu, Ardi menjelaskan tentang uniknya cara bercocok tanam di daerah Baduy. Dalam satu lahan berbagai macam tanaman bisa ditanam secara bersamaan. “Orang Baduy biasanya menyampurkan padi, pisang, singkong, jahe, dan kencur dalam satu lahan. Mungkin terlihat sulit bagi para petani.” ujarnya dalam forum tersebut.
Pembuatan Pupuk Alam
Lebih lanjut, Ardi memberikan cara masyarakat Baduy membuat pupuk secara tradisional. Mereka menebang pohon dan didiamkan sampai kering, kemudian ranting pohon dipisahkan untuk kemudian dibakar sampai menjadi abu, dan dijadikan pupuk untuk tanaman padi.
Sejarah Teknik Pertanian
Ardi menjabarkan tentang sejarah teknik pertanian dan bercocok tanam yang ada di daerah Baduy. Teknik bercocok tanam ini sudah ada hampir 200 tahun yang lalu, bahkan tanaman padi yang sudah berumur 100 tahun masih bisa dikelola karena tidak basi. “Cara pengawetan itu, kita olah dari lumbung padinya biasanya dilapisi dengan daun tereup (sejenis sukun) yang dikeringkan.” ujar Ardi.
Di akhir forum ini, Ardi berharap bisa mengenalkan budaya Baduy ke lingkup yang lebih luas. Ia juga turut mengundang para ahli yang berkecimpung di bidang pertanian untuk melalukan penelitian dengan cara langsung datang ke daerah Baduy untuk mempelajari budaya bertani di Baduy.
Dengan demikian, Pelestariannya diharapkan menjembatani tradisi dengan ilmu modern dan menginspirasi generasi muda menghargai warisan leluhur.