Damar Banten – Kemeriahan Safari Tahfidz-5 Rumah Tahfidzul Qur’an El-Alif menjadi momentum istimewa yang bukan sekadar ajang tilawah dan muroja’ah, tetapi juga pengingat tentang pentingnya membangun generasi Qur’ani. Dalam sambutannya, Pembina Rumah Tahfidzul Qur’an El-Alif, KH. Enting Abdul Karim, Lc., menyampaikan nasihat penuh makna yang mengalir menyentuh hati setiap hadirin.
Di hadapan santri dan walisantri, beliau membuka dengan menyinggung sejarah Banten. “Banten ini tanah yang bersejarah. Dulu Kesultanan Banten lebih memilih hancur daripada tunduk pada penjajah. Semangat itu yang harus kita warisi: berani, teguh, dan tidak mudah menyerah,” tegasnya.
Namun, KH. Enting tidak menutup mata terhadap realitas zaman. Ia menyinggung hasil penelitian MUI Kota Serang yang cukup mengejutkan: 63% pelajar SMP dan SMA di Serang belum bisa membaca Al-Qur’an. “Kalau anak-anak tidak dibiasakan sejak kecil dekat dengan Al-Qur’an, jangan heran kalau remaja kita mudah terseret arus. Ada anak SMP kelas 2 jadi korlap demo, bakar pos polisi, hanya karena diberi uang seratus ribu. Ditanya apa tuntutannya, dia bahkan tidak tahu. Itulah generasi tanpa pondasi agama,” ungkapnya.
Peran Orangtua
Beliau kemudian mengingatkan peran besar orang tua sebagai madrasah pertama. “Jangan biasakan bayi kita diberi HP hanya untuk menenangkan tangisan. Anak bukan sekadar investasi dunia, tapi juga investasi akhirat. Kalau orang tuanya tidak menjadi teladan, bagaimana mungkin berharap anaknya tumbuh sholeh?” katanya penuh penekanan.
Kepada para santri, KH. Enting menyalakan semangat. Ia mencontohkan para hafiz muda yang sudah hadir di majelis itu. “Lebih baik waktu kalian diisi dengan menghafal Al-Qur’an daripada sibuk dengan hal-hal yang tak bermanfaat. Anak sholeh yang menghafal Al-Qur’an, itulah warisan terbaik untuk orang tuanya kelak,” pesannya yang disambut wajah-wajah penuh motivasi.
Harapan
Di akhir sambutannya, KH. Enting menyampaikan harapan untuk masa depan Rumah Tahfidzul Qur’an El-Alif. “Kami berdoa semoga ke depan El-Alif bisa punya tempat yang lebih luas dan representatif. Agar anak-anak belajar lebih nyaman, dan cita-cita mencetak generasi Qur’ani semakin nyata. Mohon doa dari semuanya,” tutupnya.
Acara pun dibuka dengan khidmat melalui bacaan Surat Al-Fatihah bersama. Safari Tahfidz-5 menjadi pengingat bahwa mencintai Al-Qur’an bukan hanya kewajiban pribadi, melainkan budaya yang harus diwariskan. Dari sinilah harapan itu tumbuh: agar lahir generasi Qur’ani yang kokoh menghadapi tantangan zaman, sekaligus menjadi penopang doa untuk kedua orang tuanya di akhirat.
Penulis : Sayyidah