Berkoprasi Untuk Menciptakan Sejarah Dan Ruang Hidup Yang Lebih Beradab Di Dunia

Ankie Hoogvelt, seorang Sosiolog yang kemudian mengkaji ekonomi politik dan pembangungan global, pada tahun 1997 dan 2001, menyatakan “…bahwa sejarah dapat berkembang ke berbagai arah. Tugas ilmuwan sosial kritis adalah mengungkap masa depan alternatif yang ‘masuk akal’, alih-alih terjebak dalam beberapa esensialisme transhistoris di mana ‘masa kini adalah selamanya’ … atau ‘masa depan adalah kesimpulan yang sudah pasti’ …”. Pernyataan itu mendatangkan renungan tentang hasil-hasil pembangunan ekonomi di masa kini yang tidak terlepas dari relasi kuasa dan relasi sosial yang ada dalam struktur sosial yang menyejarah dari masa lalu, dan memunculkan pertanyaan, apakah akan tetap bertahan sedemikian di masa depan?

Belajar dari Robert Cox, yang dalam sepanjang hidupnya (1926-2018) memulai karir sebagai pekerja di Organisasi Perburuhan Internasional di Perserikatan Bangsa-Bangsa selama 25 tahun, kemudian menjadi pengajar di berbagai universitas, dan akhirnya dikenal sebagai Pelopor Teori Kritis Internasional bahkan disebut sebagai Bapak Ekonomi Politik Internasional Baru, pembangunan yang secara global menghasilkan ketimpangan ekonomi dan ketidakadilan sosial sebagai akibat dari ketidakmampuan menginstitusionalisasikan pembangunan dengan baik dan benar sebagai kepentingan umum semua pihak. Institusi pembangunan yang gagal menyejahterakan secara ekonomi dan menegakkan keadilan sosial secara global, tidak terlepas dari struktur internasional dalam tatanan dunia yang dikuasi oleh sekelompok orang sebagai pihak yang membentuk kekuatan dan kekuasaan yang menentukan untuk memposisikan sekelompok orang lainnya sebagai pihak dengan pekerjaan yang rentan, dan bahkan menyingkirkan dan meminggirkan sekelompok orang lainnya lagi dari relasi produksi dalam ekonomi global. Situasi dan kondisi demikian diciptakan melalui kemampuan untuk mengelola ide-ide dalam mengolah sumber daya material yang ada dan mengembangkan institusi yang melegitimasi praktik-praktik produksi ekonomi, sosial, ideologi, dan budaya untuk akumulasi kapital di satu sisi, dan mengeksploitasi sesama manusia dan lingkungan di sisi yang lain.

Cox menawarkan teori transformasi sosial secara global dalam tatanan dunia dengan menginternasionalisasikan gerakan akar rumput di tingkat lokal yang mampu dan mau mengorganisir diri untuk melakukannya sebagai organisasi masyarakat sipil yang baik, diawali dengan membangun kekuatan sosial dari proses produksi, kemudian membentuk negara yang dikehendaki bersama, dan selanjutnya menata ulang dunia agar lebih adil. Mengapa organisasi akar rumput yang diharapkan menjadi kekuatan alternatif untuk perubahan sosial global? Karena Cox kecewa dan pesimis terhadap partai politik, negara, dan organisasi internasional yang ada untuk menjadikan dunia dengan tatatan yang lebih beradab.

Cox tidak pernah secara spesifik menganjurkan organisasi gerakan akar rumput seperti apa yang harus dibentuk dan memeiliki kemampuan untuk mengelola ide-ide, sumber daya material, dan institusi untuk mewujudkan gerakan kontra-hegemoni yang melakukan perang posisi maupun perang gerakan dalam transformasi sosial global. Bahkan, dalam sebuah wawancara, Cox menyatakan bahwa itu tugas kalian para ilmuwan yang lebih muda dan baru untuk menemukannya. Dalam konteks ini, seandainya saya sempat bertemu beliau di Kanada sejak tahun 2017 lampau, maka akan saya sampaikan, “bagaimana kalau koperasi, Guru?”.

Mungkin, meskipun tidak sedikit koperasi yang memburuk dan membusuk sebagaimana Cox menyebut bahwa Masyarakat Sipil juga tidak selalu menjadi forum yang bagus untuk orang-orang baik; namun juga masih banyak koperasi yang sudah diselenggarakan dengan baik, dan mungkin akan dibentuk lagi koperasi lainnya yang lebih baik lagi. Koperasi sebagai gerakan sosial, bisa menjadi agen dalam peperangan di arena Masyarakat Sipil untuk merebut kuasa dari proses produksi secara ekonomi, sosial, budaya, dan idelogi; kemudian membentuk negara, dan menata ulang dunia agar lebih baik dan sekaligus menciptakan lingkungan atau ruang hidup yang aman dan nyaman bagi semua dan setiap orang.

Krisis ekonomi yang terus berulang di setiap dekade akibat pandemi kapitalisme global dan ditambah dengan krisis akibat pandemi global Covid-19 yang berdampak pada krisis sosial global saat ini, adalah momentum kebangkitan kembali koperasi sebagai model gerakan akar rumput untuk menata ulang peradaban yang berkeadilan sosial. Mulai dari tingkat lokal, nasional, regional, dan global dengan cara-cara yang demokratis dan emansipatoris sebagaimana koperasi sebagai entitas sosial, ekonomi, budaya, dan tentu saja politik yang mampu memproduksi dan mereproduksi kekuatan secara sosial, ekonomi, budaya, dan idelogi yang bekerja dan berkelanjutan. Bukankah koperasi yang saat ini paling representatif sebagai model untuk menciptakan sejarah dan ruang hidup yang lebih beradab di dunia?

Padang, 03 Agustus 2021.
Virtuous Setyaka
Pendiri dan Ketua Koperasi Mandiri Dan Merdeka (KMDM)

BERITA TERKAIT

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Tulis Namamu Disini

- Advertisement -spot_img

PALING SERING DIBACA

- Advertisement -spot_img

Terkini