By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Damar BantenDamar BantenDamar Banten
  • Beranda
  • Utama Damar Banten
  • Seputar Banten
  • Ekonomi dan Bisnis
  • Wisata-Budaya
  • Olahraga
  • opini
  • Figur
  • Video
Reading: Mengenal Sejarah Debus Banten, Ini Bedanya Dulu dan Sekarang
Share
Font ResizerAa
Font ResizerAa
Damar BantenDamar Banten
  • Beranda
  • Utama
  • Seputar Banten
  • Ekonomi dan Bisnis
  • Wisata-Budaya
  • Olahraga
  • opini
  • Figur
  • Seputar Banten
  • Komunitas
  • Utama
  • Ekonomi – Bisnis
  • Wisata dan Budaya
  • Olah Raga
  • Figur
  • Sorotan
  • Contact
  • Blog
  • Complaint
  • Advertise
  • Advertise
© 2025 Damar Banten.
BudayaLintas Banten

Mengenal Sejarah Debus Banten, Ini Bedanya Dulu dan Sekarang

Last updated: Mei 13, 2023 12:22 am
2 tahun ago
Share
2 Min Read
SHARE

Serang, Damar Banten – Debus merupakan kesenian tradisional yang berasal dari Provinsi Banten yang menampilkan atraksi kekebalan tubuh manusia dari benda tajam.

Yayat Supriatna, Sekretaris Perkumpulan Debus Banten Indonesia (PDBI) mengungkapkan, Debus Banten pertama kali dibawa oleh ulama Timur Tengah yang bernama Syekh Rifa’i.

“Awalnya, Debus digunakan untuk ujian di pesantren. Kemudian berkembang pada Masa Kesultanan Banten, Debus berfungsi sebagai sarana untuk menyebarkan agama Islam,” kata Yayat kepada Damar Banten. Jumat, (12/05/2023).

Dirinya mengungkapkan, pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, kesenian Debus digunakan untuk menghadapi penjajahan Belanda.

“Masa kesultanan ini, ada perlawanan terhadap penjajahan Belanda, pada waktu itu, ilmu Debus diterapkan kepada para prajurit khusus untuk melawan pasukan Belanda,” katanya.

Dalam perkembangannya, kesenian Debus mengalami pergeseran dan perubahan dari segi ritual, gaya pertunjukan, serta tujuan yang ingin dicapai.

“Tujuan yang sekarang itu sebagai pelestarian seni budaya aja,” ujar Yayat.

Lebih lanjut, dirinya mengatakan, Debus tempo dulu tidak menggunakan iringan musik, kini kesenian Debus digunakan sebagai alat hiburan masyarakat dengan menggunakan iringan musik.

“Dari segi keilmuan juga ada pergeseran. Kalo dulu memakai tarekat. Kalo sekarang memakai ilmu-ilmu yang secara instan seperti puasa,” katanya.

Dengan adanya pergeseran tersebut, Yayat berharap Debus tidak kehilangan marwahnya, karena Debus merupakan maha karya yang sangat tinggi yang diciptakan oleh para leluhur kita.

“Bahwa pelestarian seni budaya ini merupakan tanggungjawab bersama,” tegasnya.

Penulis : Hamidah

You Might Also Like

Budaye Cilegon Fest 2025: Panggung Persahabatan Budaya Dunia
Pemdes Pondok Panjang Gelar Sosialisasi Kesiapsiagaan Bencana Megathrust
Pemprov Banten Giatkan Pembangunan dan Mempermudah Investasi Untuk Serap Tenaga Kerja
Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah 8 Tampilkan Permainan Tradisional di Seba Baduy
Kabupaten Serang Targetkan Peningkatan Nilai Maturitas SPIP pada Tahun 2025
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Find Us on Socials

Berita Terkait

Ketua TP PKK Banten Ajak Ibu Rumah Tangga Maksimalkan Pekarangan untuk Tanam Cabai

2 bulan ago

DLH Kabupaten Serang-PT Broco ACI Jalin Kerjasama Produksi RDF TPST Kibin

2 bulan ago

Masuk Program 100 Hari Kerja, Pembangunan Masjid Terapung Banten Segera Dilanjutkan

2 bulan ago

Pemkab Serang Gelar Lokakarya PIP Kesehatan 2025: Cari Akar Masalah, Susun Lompatan Kinerja

2 bulan ago

Damar BantenDamar Banten
© 2025 Damar Banten | PT. MEDIA DAMAR BANTEN Jalan Jakarta KM 5, Lingkungan Parung No. 7B Kota Serang Provinsi Banten
  • Iklan
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?