Damar Banten – Para petani Tangerang, yang hidup dalam derita dan eksploitasi yang tak berkesudahan oleh para tuan tanah dan pejabat kolonial, bermimpi tentang sebuah perubahan. Impian untuk kehidupan yang lebih sejahtera menjadi pangkal perlawanan mereka terhadap kaum kapitalis.
Pemberontakan sering kali dipicu oleh ketidakpuasan terhadap tirani pengusaha yang melakukan penindasan dan pemerasan terhadap rakyat. Kebijakan yang tak adil membuat hukum tak bisa ditegakkan secara ideal.
Gerakan seperti ini, dikenal sebagai gerakan millenarisme, bertujuan untuk mengatasi ketidakadilan dan mengembalikan keadaan harmonis yang telah hilang. Salah satunya adalah Gerakan Kain Bapa Kayah di Tangerang, yang bertujuan untuk mengembalikan tanah kepada rakyat asli.
Petani Tangerang hidup dalam kondisi eksploitasi yang memprihatinkan, diperlakukan tidak manusiawi oleh para tuan tanah asing dan kelompok jawara yang mereka dukung. Di tengah penderitaan mereka, kesadaran akan superioritas kapitalis semakin meningkat melalui organisasi seperti Sarekat Islam.
Perlawanan dimulai ketika Kaiin Bapa Kayah dan para petani Tangerang mendapat wahyu untuk mengusir para tuan tanah asing dari tanah pertanian mereka. Namun, perlawanan mereka dipatahkan oleh superioritas kekuatan kolonial, dan Kaiin Bapa Kayah menjadi salah satu yang gugur dalam pertempuran.
Meskipun perlawanan itu berakhir dalam kekalahan, semangat perjuangan melawan eksploitasi kolonial terus membara di hati para petani Tangerang. Mereka menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan semangat untuk meraih keadilan dan kesejahteraan bagi mereka dan generasi mendatang.
Penulis : Ilham Aulia Japra