Oleh: Swary Utami Dewi
Saya beruntung karena pagi ini, tepat di Hari Pendidikan Nasioanal 2 Mei 2021, bisa mendengar tutur langsung dari Irna HN Hadi Soewito (Irna Hanny Nastoeti Hadi Soewito), dalam webinar bertemakan “Taman Siswa Menuju Seabad”. Irna, yang kini hampir berusia 88 tahun, adalah penulis buku tentang tokoh pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar, yang memiliki nama asli Suwardi Suryaningrat, adalah pendiri Taman Siswa di masa penjajahan Belanda tahun 1922.
Irna merasa bersyukur karena mengenyam pendidikan di Taman Siswa. Ia juga merasa sangat beruntung memiliki pengalaman interaksi yang cukup mendalam dengan Ki Hajar dan istrinya, Nyi Dewantara. Ini memungkinkan Irna bisa menuliskan buku tentang Ki Hajar Dewantara, berjudul: Suwardi Suryaningrat dalam Pengasingan.
Irna, yang banyak menulis buku tentang tokoh nasional dan sejarah Indonesia, masih begitu mengingat dengan baik saat-saat indahnya bersekolah di Taman Siswa dulu. Ia menceritakan bagaimana pendidikan yang diterimanya saat bersekolah di Taman Siswa telah mengubah karakter diri. Irna yang berlatar belakang keluarga mapan, saat mulai bersekolah di Taman Siswa sempat terkaget-kaget bertemu dengan teman-teman sekolah yang memiliki latar sosial yang jauh berbeda dengan dirinya. Misalnya, seorang siswa yang kemudian menjadi salah satu sahabatnya, adalah anak pembuat tempe. Sahabatnya ini sering datang terlambat ke sekolah karena harus menjajakan dulu tempe buatan orang tuanya. Akhirnya Irna mengatakan kepada sang Ibu agar selalu membeli tempe dari sahabatnya tersebut.
Sahabat Irna ini lalu tiap hari datang ke rumah untuk menjual tempe ke keluarga Irna. Kesempatan ini kemudian dipergunakan oleh Irna untuk mengerjakan pekerjaan rumah (PR) bersama sahabatnya ini. Karena sang sahabat biasa melantai, maka Irna juga ikut melantai untuk mengerjakan PR bersama. Bagi Irna pribadi, ini sangat menyenangkan karena sebelumnya ia tidak pernah duduk di lantai karena dilarang orang tua.
Bersekolah di Taman Siswa, di kelas yang begitu sederhana, nyata membuat Irna melek sosial. Ia menjadi tahu bahwa banyak anak memiliki kehidupan sosial yang berbeda. Irna belajar menjadi setara, melihat orang dari pribadi dan kualitas, bukan dari latar keluarga atau hal-hal semu lainnya. Ia juga mempelajari kebiasaan di Taman Siswa bahwa teman juga menjadi sahabat, sahabat juga dianggap keluarga. Rasa kekeluargaan dengan teman-temannya di Taman Siswa terjalin dengan baik. Irna, yang akan berulang tahun ke-88 pada 22 Agustus 2021 nanti, menuturkan Taman Siswa bukan hanya menjadi tempat pembentukan karakter bagi dirinya, tapi juga membuatnya memiliki keluarga yang lebih luas.
Nyata, melalui tutur seorang Irna, tergambar bahwa Taman Siswa memang mendidik murid-muridnya untuk berkarakter baik, misalnya setara. Selain itu, murid tidak hanya dididik untuk berkarakter, tapi juga dididik menjadi manusia bahagia. Persis seperti salam khas Taman Siswa: Salam dan bahagia.