Damar Banten - Penyerahan brutal yang dilakukan oleh para pemberontak di daerah Cikande segera diketahui oleh kepala konstruktor, ia langsung membunyikan lonceng peringatan guna memberitahukan para pemilik tanah di Cikande Hilir, Tuan R mengenai apa yang terjadi di daerah tersebut, karena dirinya mendapati peringatan, akhirnya ia langsung melarikan diri bersama pasukannya menuju Cerenang yang dibantu oleh Dhamiqen, seorang kepala mandor yang berhasil melarikan diri menuju Tanara.
Para pemberontakan serta perampokan kala itu tidak saja melakukan penyerangan, akan tetapi juga membangun sebuah blokade di sepanjang jalan pos besar, beruntungnya sebelum tiba di posko Cikande, Ralie akhirnya berhasil pergi dengan menggunakan salah satu kuda pos menuju Ondar-Andir, guna menginformasikan kabar mengenai peristiwa pemberontakan yang telah terjadi kepada Demang.
Atas bantuan dari Demang, Ralie lantas menyampaikan kabar mengenai penyerangan yang tengah terjadi pada masyarakat Serang, di hari Sabtu, tanggal 13 Desember 1845, kabar tersebut juga disampaikan kepada para petinggi birokrasi kolonial Belanda yang berada di Serang, Ralie menyampaikan jika sekelompok perampok sudah menyerbu rumah-rumah pemilik tanah di Cikande Udik, serta para penghuninya kemungkinan besar telah dibantai oleh para perampok.
Sekedar informasi—bahkan para pemberontak memiliki semacam kebiasaan pada saat akan menyerang sasarannya yang sudah menjadi target pada sebuah gerakan sosial—membunuh serta menjarah yang dilakukan tidak saja sekedar menguntungkan bagi para perampok dan pemberontak, akan tetapi juga bagi para masyarakat yang memanfaatkan situasi kekacauan tersebut guna mendapatkan keuntungan yang besar, terlebih untuk memenuhi kebutuhan pokok pada sektor ekonomi para penduduk yang ada disekitar Cikande Udik.
Residen Banten yang kala itu dijabat oleh Buyn yang mendapatkan kabar tentang penyerangan yang terjadi, menyimpulkan jika peristiwa tersebut tidak saja sekedar perampokan semata, akan tetapi sudah mengarah pada gerakan pemberontakan. Buyn kala itu lantas memerintahkan para pasukannya agar fokus saja pada upaya memadamakan gerakan pemberontakan yang dilakukan rakyat Banten, dirinya juga memanggil sejumlah kesatuan militer dari daerah Pandeglang serta Anyer, dan meminta bala bantuan dari para pelaut Bugis yang bermukim di Pulau Panjang guna bergabung ke dalam pasukan yang akan dikirim ke Cikande Udik.
Di samping itu, para pemberontak yang dipimpin oleh Mas Anum, Mas Djebeng, Mas Serdang, Mas Semarang, dan Nyai Anjun yang adalah putra-puteri dari Ki Jakaria, yang merupakan tokoh sekaligus pemimpin pemberontakan yang sempat berhasil menguasai Pandeglang, menjadi sebuah ancaman yang serius bagi Residen Banten, dan juga Radeh Yinta beserta seorang perempuan Sarinam yang ikut juga ke dalam pemberontakan, harus juga tetap diwaspadai. Buyn juga khawatir jika berita mengenai peristiwa pemberontakan akan bisa dengan cepat mempengaruhi pergolakan di tempat lainnya yang berada di wilayah Banten.
Selanjutnya, para tokoh yang berada di Pesanggrahan Cikande Udik, langsung mewujudkan rencana untuk menegakkan struktur baru. Para pemimpin pemberontakan tersebut tidak saja memiliki tujuan agar membebaskan rakyat dari penderitaan rakyat selama ini, akan tetapi juga mengobarkan semangat jihad guna mengembalikan kejayaan Kesultanan Banten serta mengusir pemerintahan kolonial Belanda dari wilayah Banten.
Untuk menambah kepercayaan serta pengaruhnya, para tokoh pemberontak kemudian membagikan berbagai jimat serta jampi-jampi terhadap para pasukannya, supaya tubuh mereka menjadi kebal terhadap berbagai serangan lawan. Jimat-jimat tersebut biasanya digunakan pada saat mengalami situasi yang berbahaya dari musuh, dan jimat tersebut juga dipercaya akan bernilai apabila mereka telah menjalankan penasbihan khusus atau ritual.
Bagi masyarakat Banten yang karakteristiknya selalu tertarik terhadap hal yang berbau magi, telah membuat para peneliti mengidentifikasi orang Banten sebagai homo magicum. Alam pikiran magi orang Banten tidak dapat dipisahkan dari anatomi potensi fitrah manusia yang selalu memiliki alam pikiran mengenai hal sakral, serta alam pikiran mengenai yang profan. Semoderen dan seilmiah apapun kondisi zaman, alam pikiran manusia cenderung meyakini kepercayaan-kepercayaan magi serta dengan demikian "tergoda" agar menyelesaikan masalah-masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari mereka dengan bersandar terhadap solusi dan jawaban yang ditawarkan oleh para ahli magi.
Sehingga tidak heran jika jimat dipercaya oleh masyarakat Banten, dapat memberikan perlindungan pagi pemakainya dari berbagai bencana serta dapat membuat mereka menjadi kebal, jimat juga dipercaya bisa memberikan kemudahan dari segala urusan dan kesulitan.
Pada sebuah laporan pemerintah Belanda, Amier adalah salah satu pejuang yang paling berani dan sulit ditaklukkan pada pertempuran di Cikande Udik, dirinya datang tanpa cidera di tangan polisi—sepertinya Amier mempunyai bintik hitam bulat di tubuhnya, hal ini dianggap oleh polisi sebagai bukti dari jimat Amier supaya tubuhnya kebal atas berbagai serangan.
Penulis: Ilham Aulia Japra