Damar Banten - Pada sebuah majalah Nederlandsch Indie yang diterbitkan oleh W.R. Van Hoevell, diterangkan jika ayah dari Ki Jakaria dikenal sebagai seorang dukun atau tabib yang terkenal di Pandeglang.
Ayah Ki Jakaria juga mengajarkan pendidikan spiritual adat terhadap keturunannnya, termasuk kepada Ki Jakaria. Hal tersebut lah yang kemudian membuat Ki Jakaria dianggap oleh masyarakat Banten sebagai sosok yang memiliki kesaktian.
Pada buku Pemberontakan Petani Banten 1888, yang ditulis oleh Sartono Kartodirdjo, dijelaskan jika silsilah Ki Jakaria bisa ditelusuri kembali hingga kepada Kiai Santri yang terkenal, serta kuburannya sangat dikeramatkan yang terletak di Kolle. Kiai santri merupakan sosok yang sangat disanjung bahkan dianggap sebagai orang suci oleh masyarakat Banten, serta tidak sedikit masyarakat yang meminta karomahnya ketika memiliki hajat.
Pada masa hidupnya, Kiai Santri memiliki pengaruh besar bagi masyarakat Banten, bahkan dirinya memimpin langsung perlawanan yang cukup lama kepada sultan. Dalam majalah Nederlandsch Indie juga diterangkan, jika ayah Ki Jakaria termasuk tokoh yang memainkan peran penting di Banten, dirinya juga mempunyai pengaruh yang sangat besar dikalangan masyarakat Banten, serta selalu bersebrangan terhadap Sultan Banten.
Dirinya acapkali menyusun serta melaksanakan rencana guna menciptakan permasalahan terhadap Sultan Banten. Pada buku Pemberontakan Petani Banten 1888, yang ditulis oleh Sartono Kartodirdjo juga diceritakan jika pada masa kesultanan pun, anggota keluarga dari Ki Jakaria termasuk pada elite-lawan. Yang itu berarti jika mereka menempati posisi yang bersebrangan terhadap kelas penguasa. Sialnya, pada keterangan di Majalah Nederlandsch Indie tersebut tidak disebutkan nama dari Sultan Banten tersebut.
Dapat dikatakan jika Ki Jakaria merupakan salah satu sosok jawara di Banten, selain tokoh-tokoh seperti Ki Mas Jong dan Ki Agus Ju. Ki Jakaria merupakan tokoh pemberontak yang sangat melegenda serta dianggap oleh masyarakat Pandeglang sebagai sosok yang sakti mandraguna.
Dengan begitu, banyak juga masyarakat yang datang padanya guna meminta karomahnya ketika memiliki hajat. ketokohan dari sosok Ki Jakaria sangat melekat dengan Banten, terkhusus di Pandeglang. Pemikirannya mengenai kekacauan serta pemberontakan melawan pemerintah Kolonial Belanda, telah menjadi sebuah gerakan yang sangat popular di masyarakat Banten kala itu.
Aksi-aksi pemberontakan terhadap Belanda terus berlanjut hingga kepada keturunan-keturunannya. Anak-anak dari Ki Jakaria diantaranya ialah Mas Adong, Mas Anom, Mas Jabeng, Mas Serdang, serta putrinya bernama Mas Anjong. Nama-nama tersebut sudah terlatih mengenai gagasan pemberontakan terhadap pemerintah kolonial Belanda. Anak-anak dari Ki Jakaria merupakan sosok yang dianggap mengganggu dan berbahaya bagi pemerintahan kolonial Belanda. Anak-anak dari Ki Jakaria seakan memiliki daya tarik yang kuat bagi penduduk Banten, terkhusus Pandeglang sama seperti dirinya.
Keluarga Ki Jakaria sudah menghibahkan diri mereka ke dalam gerakan pemberontakan di Banten. Selama beberapa dasawarsa, gerakan mereka sudah menjadikannya berfungsi sebagai kekuatan pemersatu. Bahkan dari Kakek, Ayah, hingga anak-anaknya Ki Jakaria, semuanya merupakan pemberontak yang sangat terkenal di Banten.
Seluruh keturunan dari keluarga Ki Jakaria telah memainkan peran penting pada sejumlah pemberontakan, yang terjadi pada kurun waktu 1830 hingga 1840-an. Seperti pada gerakan pemberontakan kepada penguasa tanah partikelir di Cikandi Udik, yang digerakkan oleh sanak saudara Ki Jakaria, yakni Mas Agus, Mas Mayi, Unyar, Nuraipa, Mas Cingak, Sakudin, Bapak Kamidin, Culang, Bapak Arbaya, serta Nidiani, ditambah tiga orang anak Ki Jakaria, yakni Mas Anom, Mas Serdang, serta Mas Anjong.
Anak Ki Jakaria yang bernama Mas Jabeng, melaksanakan pemberontakan kepada pemerintah kolonial Belanda di tahun 1839 bersama-sama dengan Ratu Bagus Ali, serta Pangeran Kadil. Putrinyanya Ki Jakaria, menjadi pemimpin pemberontakan melawan pemerintah kolonial Belanda, Mas Anjong sangat berperan penting pada pemberontakan melawan pemerintah kolonial Belanda di Banten.
Perlu diingat jika gerakan pemberontak terhadap pemerintah kolonial Belanda tersebut, tidak dapat disamakan dengan gerakan bandit-bandit pemberontak yang hanya bertujuan untuk merampok serta merampas. Karena keteguhan perjuangan serta perjalanan pemberontakan yang sudah mereka prakarsai dari zaman kesultanan, membuat mereka dapat dianggap sebagai golongan elite revolusioner yang strategi politiknya diutamakan.
Penulis : Ilham Aulia Japra