Senandung Jiwa Agus K Saputra

Ini sebuah kisah, dari sekian banyak cerita tentang bagaimana sosok manusia dengan seonggok jiwanya dihadapkan dengan situasi yang tak diharpkan, situasi yang coba dihindari atau dielakkan.  Namun, kisah rupanya tetap menuntunnya, mengaliri dan bahkan menggelutinya dalam suatu keagungan nan getir, fana dan kepasrahan bahkan terkadang melintasi batas-batas yang tak pernah terbayang sebelumnya, meluncur begitu saja, perjumpaan ‘’rasa ilahiah’’ suatu keheningan sunyi yang dalam, hampa hasrat dan gairah, terpekur dalam tasbih dan doa-doa. Mantra.

“Selasa, 16-02-2021 pukul 21.00 saya menerima hasil pemeriksaan swab anti gen. Tertulis jelas sekali: positif.  Di kolom keterangan ada catatan sebagai berikut, pertama, pemeriksaan konfirmasi dengan RT PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction) sebanyak dua kali dalam dua hari berturut-turut. Kedua, lakukan karantina atau isolasi sesuai ketentuan. Ketiga, menerapkan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat): mencuci tangan, menerapkan etika batuk, menggunakan masker saat sakit, menjaga stamina dan physical distancing.”  Penggalan kata pengantar dari kumpulan puisi yang dibuatnya selama masa berjuang melawan COVID 19

Tentu saja situasi yang dialaminya sempat membuatnya resah dan gelisah, bukan sekedar soal derita penyakit, tetapi juga menyangkut seluruh aspek kehidupan, keseharian dan interaksi social lainnya termasuk bagaimana menghadapi peristiwa dan perubahan yang akan dialaminya. Termasuk beban beban lain yang menyertainya.  Untunglah Agus K Sapuptra (AKS) adalah salah seorang yang masa mudanya ditempa berbagai nuansa, warna kehidupan yang menggetarkan dan menggentarkan, yang penuh perlawanan, walaupun kini dia mengabdikan diri dalam pelayaran “mengatasi masalah tanpa masalah.”

“Secara lahiriah saya sudah siap. Mempersiapkan diri untuk sembuh. Saya menghilang dari media sosial (tidak membuat status). Di kantor, Pemimpin Wilayah mensupport saya, antara lain dengan mengalihkan sementara Jabatan ke rekan kerja. Dan saya secara sederhana membuat catatan “kejadian” setiap harinya dalam bentuk puisi.” Ungkapannya di sela-sela tulisan kata pengantarnya.

Tak kurang dari 30 puisi yang lahir dari pertapaannya, menggambarkan suasana batinnya yang didera Covid 19, tentu saja selain tasbih dan doa yang dilantunkannya, serta sederetan rawatan medis. AKS menjalani semua itu sebagai jalan yang harus dilaluinya sebagai Abdullah dan khalifatullah.  Hari hari yang penuh makna dan kemudian membingkainya menjadi puisi, sama seperti hari hari biasanya selalu melahirkan karya sastra.

Menunaikan Hidup

jiwa letih di ujung hari

melepas dahaga tak terperi

hinggap dalam setiap nyeri

daun kering menyapa

menyentuh dinding ct scan

mengurai bercak di paru

jiwa letih di ujung hari

dalam kembara pengembara

menunaikan tugas hidup

Rs Siloam, 17-02-2021: 10.32

Baru keesokannya hingga beberapa hari kemudian, pergumulannya melawan virus, pergulatannya untuk memenangkan rasa agar tak terampas, ia guratkan dalam puisi yang telah menjelma menjadi mantra, dan memungkaskannya melalui lantunan doa.

8 Februari (Covid 19)

kau tusuk kepalaku

dengan duri kasih sayang

hingga nyerinya bergemeletuk

memecah rongga paru

berhimpitan mencari udara bebas

bertebaran di awan putih

tak kau temukan lagi

kisah mata bening yang karam

ditimbun hujan badai

hingga

nyerinya

bergemeletuk

Rs Siloam, 18-02-2021: 17.47

Lantunan Doa

hari keempat

awan putih berarak

mencari tempat berteduh

hujan sebentar tiba

membasahi mayapada

singgah di dermaga

langkahnya terhenti

menatap langit gulita

penuh lantunan doa

Rs Siloam, 21-02-2021: 08.43

Hari hari berlalu, segala daya telah dikumpulkan dan digunakan untuk menepis kegamangan yang menyesatkan, keletihan jiwa yang akan menuntun kerapuhan dihela dengan segenap gairah, segala rasa dicoba memberi makna dan nama baru, agar kehidupan berlanjut.  Sapa dan keakraban bertebar untuk saling menguatkan, meneguhkan bahwa perlawanan bersama tak akan pernah sia-sia.  Seperti masa muda AKS melawan rezim dan akhirnya berlabuh di laguna yang menentramkan sekalipun masih penuh onak duri yang terus menerkam kemanusiaan dan menggerogoti keadilan yang selalu disemaikan melalui puisi.

Selang Infus Ini

di selang infus ini

ramuan hidup mengalir

melalui pembuluh vena

wajahmu terbayang

menahan nyeri

disetiap aliran darahnya

tapi hari harus berseri

mengupas mega-mega

menaungi setiap langkah

Rs Siloam, 23-02-2021: 18.57

Perawatku

alat pelindung diri

lengkap membungkus

menutupi sekujur tubuh

cekatan merawat pasien

di setiap kedipan mata

dengan suara menenangkan

tak kenal waktu

selalu tanggap tiba

dengan senyum terjaga

Rs Siloam, 25-02-2021: 10.45

Menemani Setitik Doa

sulit ku gambar

saat seperti ini

menjelma menjadi air

sulit ku hadirkan

saat api membara

menghanguskan jiwa diri

hingga bahtera karam

tepian dermaga menjelma

menemani setitik doa

Rs Siloam, 27-02-2021: 09.13

Puncak permenungan selalu berada di batas cakrawala, hadir kala batas yang akan menentukan kebelanjutan atau kefanaan, batas antara ada dan tiada, batas antara doa dan cinta kasih. Melimpah karunia, rahmah dan nikmat. Sering menggoda untuk menjadi takabur atau dalam berkahNya.  AKS menyadarinya, ia memilih ‘’maqam” yang lebih bermartabat, menuju langitNya dan meneguhkan cintanya dalam dirinya bersama orang-orang yang dicintainya sebagai rasa syukur atas karunia nikmatNya. Sungguh pengalaman rohaniah yang tak berkesudahan, terus bergelom,bang maju menuju pantai bahagia. Lihatlah puisi puisi hari hari berikutnya

Mengetuk Pintu Langit

hujan dini ini

membawa kenangan berlari

membuang semua nyeri

ada semangat menari

menggugah bayangan mengiringi

menjelma dalam tautan diri

bersimpuh dalam moksa

mengetuk pintu langit

mengkhabari keberkahan terjaga

Rs Siloam, 28-02-2021: 06.17

Menggenggam Tanganmu

jika senyummu semanis ini

tentu aku tak lama

mengembara mencari

jika tarimu seindah ini

tentu aku tak bosan

menunggu menyaksikan

hingga awan berpulang

ke peraduan senja

tetap menggenggam tanganmu

Rs Siloam, 02-03-2021: 10.41

Dalam Hamparan Mentari

kau suguhi secangkir kopi

di atas meja sudut

yang diam menyendiri

aromanya hitam pekat

menyeruak isi ruangan

yang landai kedinginan

ku teguk perlahan

melukiskanmu bergelut hidup

dalam hamparan mentari

tuhan ada di mana-mana

dalam setiap detik

membungkus seluruh tubuh

Ampenan, 03-03-2021: 08.51

Menyibak Misteri

ku hirup udara dini

yang pertama kali

tiba mengelilingi mentari

semerbak harum bunga

yang melingkupi suasana

menyeruak mimpi bersama

hingga ia melepas nyeri

seperti batu menyendiri

menyibak semua misteri

ini adalah karma

mendera anak manusia

mencari titik keridhoan-Nya

Ampenan, 04-03-2021: 08.51

Khabar Dari Langit

langkahnya tersandung angin

yang membekap diri

dalam keharuan panjang

cerita bahagia telah dilewati

bersama mentari siang

yang mengalir peluh

cerita haru telah dilalui

bersama rembulan malam

yang menusuk darah

khabar dari langit

sangat ia nanti

menyingkirkan siang dan malam

Rs Siloam, 09-03-2021: 12.09

Cinta Berbalut Puisi

menuju ke rumah sakit

pada sebuah pagi membentang

dua puluh lima tahun perjalanan

tak ada mendung

yang kadang menjadi gerimis

meramaikan suasana hati

ada awan membiru

yang kadang menjadi kelabu

menyemai relung jiwa

bagai cinta berbalut puisi

yang tak pernah selesai

mengurai setiap kisah

menjejak dari rumah sakit

kepak sayap mengangkasa

menunggu selembar kertas

bertuliskan positif atau negatif

bagai cinta berbalut puisi

menyemai relung jiwa

meramaikan suasana hati

dalam bentang

dua puluh lima tahun

perjalanan

Ampenan, 08-03-2021: 10.30

Tuhan mahakasih, bersama arrahman dan arrahimnya, menunaikan gita puja AKS dalam kesempurnaan, anugerah yang berlapis itu berwujud pada “Selasa, 09 Maret 2021 pukul 12.09, saya baru selesai “menjadikan” puisi berjudul Khabar Dari Langit. Ada pangggilan yang “mampir” ke telinga. “Nomor antrian G7 ke counter 3 (tiga).” Hati saya berdebar, namun saya harus menguatkan diri terhadap apa yang terjadi di setiap saat dalam kehidupan. Karena hal ini juga merupakan pesan dari orang tua. Alhamdulillah, test swab PCR yang ketiga ini hasilnya negative.”  

Betapa indahnya AKS bercanda dengan Corona, berselimut doa, tasbih, dan puisi. Kini beliau kembali ke dunia menyelesaikan masalah tanpa masalah di bumi kendari.

Dikutip dari Kumpulan Puisi Volume 15 8 Februari 2021

BERITA TERKAIT

Apa pendapat anda tentang berita diatas

- Advertisement -spot_img

PALING SERING DIBACA

- Advertisement -spot_img

Terkini