Bendera DWI Warna sudah berkibar
Lagu kebangsaan belum dimulai
Teka teki kehidupan tersorot pada angkasa luas yang begitu luas
Karena tahu ada pembajakan sebagian lagu ketika dinyanyikan tidak utuh
Bahkan saudara-saudaranya disebrang sana menunggu kabar lanjutan.
Ada apa bangsa ini tak berjalan dengan semestinya
Roda kehidupan menuju kemakmuran negeri padam
Isu disintegrasi bahkan
ramai kan ada penjajahan kembali.
Lagu kebangsaan masih terdiam
Walau mendapatkan sorakan yang begitu bergemuruh.
Bangkitkan jasad pejuang yang kemarin tanpa tanda jasa
Luluh lantah tubuhnya
Entah panca indranya utuh atau tidak
Bangkitkan semangat perjuangan tanpa ada para cukong dan penjilat penguasa
Kedunguan disana sini inilah tak berani membuka jantung kehidupan lelaki yang utuh
Ditengah bendera berlayar menuju pantai nusantara
Tiang terpanjang menjulang tinggi
Melintasi benua dengan jemput takdir negeri terhampar
Dari Sabang hingga Merauke
Dari Ngias hingga ke Pulau Rote
Akarnya kuat terhunjam di bumi.
Kenapa lelaki itu masih belum bangkit dari duduknya
Bahkan masih memandang seolah layu menuju kamar tidurnya
Kini bendera sudah mulai lusuh
Bahkan banyak yang sudah robek belum juga diganti
Masih menunggu keutuhan jiwa lelaki yang kemarin menantang arus
Kini terasa tersasar angin negeri yang lembut .
Kemana bendera-bendera kebanggaan negeri ini
Entah ada di museum atau menjadi kain lap karena bercakan darah bau amis.
Di tengah kelusuhan idiologi
Kurangnya perhatian ikatan hati
Tetap tiang bendera tak boleh jatuh
Menimpa anak-anak negeri
Warisan pusaka
Berkibar di jantungnya.
Tak boleh menangis karena tersakiti
Apalagi perang suci atas nama negeri.
Karya : Ace Sumanta
(Rumah Baca, 1 Agustus 2021)