Apa yang sering dilakukan oleh seseorang itu semakin hari biasanya semakin terlihat polanya. Pada awal kenal mungkin kita tidak paham. Tapi setelah selang beberapa lama kita akan dapat gambaran umumnya. Apa yang awal awalnya tak tampak atau tak terbaca sama sekali pada akhirnya semua akan terbongkar jika kita jeli dan tidak larut termanipulasi oleh citra diri.
Dari kebiasanya makan, kebiasaan dia bicara atau bahkan bagi seorang politisi bagaimana dia habisi lawan lawan politik dan menjaga citra dirinya agar tetap disanjung dan dijunjung. Semua biasanya berpola dan itulah yang namanya modus operandi. Tapi ketika modus operandi yang terjadi itu jauh dari yang dikatakan maka itu namanya tidak cocok dengan teori.
Seorang lurah misalnya, ketika dia kampanye berjanji ingin bela ekonomi rakyat kecil. Begitu jadi lurah dia justru dukung korporasi besar sembilan kuda. Dia akan lebih nyaman berikan akses ke pemilik korporasi besar ketimbang akses usaha bagi rakyat kecil karena ketika jalin hubungan ke korporasi sembilan kuda, Pak Lurah mungkin lebih mudah mengajaknya kongkalikong ketimbang berikan ke rakyat kecil yang banyak jumlahnya.
Tak mungkin kan yang namanya kongkalikong kok dengan banyak orang??. Jadinya istiqosah atau doa bersama sama dung🤪. Mana mungkin mau korupsi ajak ajak semua orang satu desa kan gak mungkin. Namanya itu kenduri, syadranan .
Hal yang lain misal, bagaimana caranya dia habisi rakyat desanya yang kritik pedes rakyatnya adalah di banyak kesempatan dia bicara tentang arti penting kebebasan, tapi dalam prakteknya dia suruh hansip kampung untuk datangi dan intimidasi warga yang banyak mulut. Kalau yang hanya kritis tapi masih nurut nurut cukup direkrut jadi perangkat desa. Penting diem dah!. Tapi kalau yang nekad dipenjarain saja. Kelaar…..
Terus soal modus pencitraan, pada waktu dia kampanye dia akan tolak utang desa. Tapi diam diam dia kasih tau ke bendahara desa tolong terima utang besar besaran untuk bikin jembatan, jalan desa, listrik desa, tol, bandara, pelabuhan, obyek wisata dari tetangga desa atau lembaga keuangan lintas desa
.. toh kan itu utang mau bisa ngangsur atau enggak kedepanya bukan urusan dia kelak kalau sudah gak jadi press…ups 😁 kepala desa maksudnya. Penting bisa dapat bagian sripilan dari kontraktor atau dari calon investor yang akan gusur hutan rakyat dibuat perkebunan atawa tambang misalnya.
Pas kampanye dia berjanji sumpah mati pokoknya desa harus mandiri dan dia katakan akan stop import produk. Tapi diem diem dalam pertemuan rahasia nan senyap juga bilang ke para pedagang dari klan sembilan kuda misalnya untuk import barang yang murah murah dari desa lain ketimbang berdayakan warga desanya untuk hasilkan produk sendiri. Penting dia dapat dung bagian sekian persen rupiah dari sekian kilo dari barang yang diimport. Dalam hatinya, ngapain capek capek berdayakan warganya buat produk sendiri toh akhirnya dia gak dapat bagian apa apa nantinya..masak musti minta bagian ke warga sementara dia kan sudah digaji dari uang pajak yang dibayar sama warganya…kan namanya gebleg!. Gak mungkin bangeeet…
Nah, kalau rakyatnya mulai jenuh karena nasib hidup mereka ternyata gak semakin membaik tapi malah semakin memburuk. Ekonomi tidak meroket tapi nyungsep… maka dia gampangkan dengan cara bilang ke bendahara untuk ” susssttt….kasih mereka bantuan langsung tunai, mau dari utang gak peduli…penting rakyat perutnya biar cepat terisi. Toh kalau sudah diganjel dia begitu hapal modus operandi rakyat desanya…diem dan nglenggem…malah buat mereka…. Pak Lurah itu dianggap sebagai malaekat penolong…amponnn dah….
Satu lagi soal cara membuat peraturan atau kebijakan. Pak Lurah itu maunya kalau buat peraturan ya cepet cepet saja kalau itu bisa untungkan elit pengusaha sembilan kuda pendukung modus operandinya dan janji kasih bagian ke dia dan keluarganya bagian saham perusahaan atau biayai kampanye…. cincaii ajaa….
Nah, ini soal cara memainkan modus operandi pulitik tingkat tinggi. Pak Lurah itu biar rakyatnya tetep mencintainya dan menyembahnya agar berkuasa sepanjang tiga periode atau sepanjang masa selama lamanya…maka dia musti sering mengkritik pemerintahanya sendiri. Pokoknya biar rakyat senang dia harus tunjukkan kritik dan kekecewaan habis habisan kepada perangkat perangkat desanya sendiri….biar rakyat tahu seakan dia itu orang baik, jujur, pekerja keras. Sementara hanya anak buahnyalah yang busuk, penipu, dan pemalas…dia harus menjadi paling kritis dalam mengkritik pemerintahnya sendiri….tujuanya para kritikus dan pengamat yang suka kritik gak laku lagi..😁
Buat warga desa yang suka demo, gampang…..kalau sore misalnya lagi mobilisasi massa protes kenaikan harga BBM atau minyak goreng buat besok pagi misalnya …malam jam 12 turunin itu harga!. Besok demo sepi dung…mau protes apaan???…trus kalau dah semingguan naikin lagi…mau didemo lagi dan sore sore mobilisasi lagi?? malam jam 12 turunin lagi…lemess dung tukang mobilisasinya….mau demo apa saja gitu modus operandi menghentikanya…makanya Pak Lurah pasti bisa ketawa ketiwi sendiri lihat para calon pendemonya lemes sendiri….malahan saking sepinya dia bisa saja bilang ” gue dung rindu didemo gitu….mosok rakyat pada diem ….kan nanti dituduh gak demokratis namanya…..🤪🤪🤪
Begitulah satu contoh bagaimana yang namanya teori itu dengan modus operandi itu jauh pangang dari api…intinya daging yang dipanggang gak mateng mateng tapi warga desanya tetep saja bahagia menunggu harapan terhadap sate lezat yang sedang dibakar Pak Lurah…dapat asap satenya saja rasanya sudah zukup…..upssss…kok malah ngelanturrrr ke urusan sate zegalaaa…ahhh zudah ahh….bye!
Jakarta, 6 April 2022
Penulis : Suroto, Rakyat Jelata