By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Damar BantenDamar BantenDamar Banten
  • Beranda
  • Utama Damar Banten
  • Seputar Banten
  • Ekonomi dan Bisnis
  • Wisata-Budaya
  • Olahraga
  • opini
  • Figur
  • Video
Reading: Long March Buruh dan Gerakan Massa
Share
Font ResizerAa
Font ResizerAa
Damar BantenDamar Banten
  • Beranda
  • Utama
  • Seputar Banten
  • Ekonomi dan Bisnis
  • Wisata-Budaya
  • Olahraga
  • opini
  • Figur
  • Seputar Banten
  • Komunitas
  • Utama
  • Ekonomi – Bisnis
  • Wisata dan Budaya
  • Olah Raga
  • Figur
  • Sorotan
  • Contact
  • Blog
  • Complaint
  • Advertise
  • Advertise
© 2025 Damar Banten.
Komunitas

Long March Buruh dan Gerakan Massa

Last updated: Agustus 10, 2022 4:21 pm
3 tahun ago
Share
4 Min Read
SHARE

Jumhur Hidayat, ketua umum Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI), dengan massa aliansi aksi sejuta buruh (AASB), aliansi dari 40 serikat buruh, telah memasuki Jakarta pada hari ini, 10/8/22. Massa bergerak ditandai awalnya long march dari Gedung Sate, Bandung, selama 5 hari dipimpin Sunarti, tokoh buruh perempuan dan Jumhur Hidayat ikut bergabung long march dari Kerawang. Tuntutan kaum buruh adalah hapuskan UU Omnibuslaw selamanya. UU ini adalah alat penindasan kaum oligarki kepada buruh. Pula, UU Omnibuslaw ini melawan konstitusi UUD’45. Hal ini telah saya bahas sebelumnya dalam tulisan “Pemberontakan Kaum Buruh”.

Gerakan massa buruh yang berpusat di Jakarta dan menyebar di berbagai daerah Indonesia, dengan Long March yang dipimpin Sunarti, ketua serikat buruh SBSI92, dan Jumhur, mengandung makna penting dalam dua hal, pertama, long march itu adalah simbol dari sebuah penderitaan. Sebuah perjuangan tidak mungkin mencapai makna yang dalam jika sang pemimpin tidak mengalami penderitaan. Hal ini dilakukan Nabi Muhammad ketika Long March dari Madinah Ke Mekkah ketika melakukan aksi pembebasan/perebutan Ka’bah, di masa lalu. Hal ini dilakukan Mao Ze Dong juga ketika melakukan Long March sejauh 9000 KM di China untuk pembebasan China dari kaum Nasionalis Kuomintang dan juga Long March pejuang Siliwangi, dari Bandung Ke Jogyakarta di masa kemerdekaan Indonesia, serta juga Long March santri Ciamis ke Jakarta dalam aksi 212 tempo hari. Perjuang dengan penderitaan dilakukan untuk menunjukkan spirit atau ruh perjuangan itu sendiri, agar massa rakyat meyakini bahwa perjuangan ini tidak ada jalan kembali.

Makna kedua, perjuangan dengan massa rakyat yang besar menunjukkan adanya tuntutan pengembalian makna “mass society”, sebuah konsep di mana masyarakat dikembalikan dari alienasi (keterasingan), di mana kumpulan massa rakyat berbasis/ bersifat individualistik/atomistik menjadi masyarakat yang berbasis komunalitas. Merujuk pada Erick Fromm, cendikiawan Frankfurt, keterasingan manusia dalam masyarakat terjadi karena industrialisasi dan modernisasi yang begitu pesat. Keterasingan juga di bahas oleh Karl Marx, yang mengatakan bahwa manusia hanya menjadi robot robot atau instrumental dalam industri. Manusia telah kehilangan kemanusiaannya.

Menatap Ke depan

Krisis kemanusiaan dalam konteks Indonesia saat ini sudah demikian parah. Negara berkembang ke arah yang salah, di mana negara berfungsi untuk melayani kepentingan penguasa. Penguasa, khususnya aparat yang berkuasa, telah berkomplot untuk mengakumulasi kekuasaan, kekuatan dan kekayaan untuk kepentingan segelintir elit saja. Contoh terakhir terkait pembunuhan Brigadir Joshua, yang melibatkan banyak jenderal, semakin meyakini kita bahwa hukum dan keadilan semakin kehilangan makna.

Pada sisi lain massa rakyat terjebak dalam pertarungan hidup hari demi hari. Kaum buruh selama pandemi telah kehilangan penghasilan dan pekerjaan yang layak. Gaji tergerus inflasi, harga harga kebutuhan pokok dan BBM meroket tinggi. Mereka harus mengeluarkan keringat lebih banyak lagi untuk bisa bertahan hidup.

Gerakan Jumhur dkk dengan aksi sejuta buruh dan Long March tentunya akan mendorong adanya spirit kemanusiaan buruh untuk membangun solidaritas kemanusiaan. Disamping itu kaum buruh akan mampu membangun front besar rakyat vis a vis melawan arogansi segelintir elit.

HOS Tjokroaminoto, Sukarno dan Tan Malaka sudah menggariskan perjuangan massa rakyat, di masa lalu, adalah sebuah keniscayaan. Maksudnya agar negara dibangun untuk kepentingan rakyat semesta, bukan segelintir penguasa dan cukong. Saat ini Jumhur dkk kembali menghadirkan massa rakyat buruh untuk membangun “mass society”, sebuah masyarakat Indonesia yang sosialistik, yang saling mencintai dan berkeadilan sosial.

Penulis : Dr. Syahganda Nainggolan

You Might Also Like

BAKUMDIK Banten Gelar Pertemuan Sahabat Sekolah Perempuan di Desa Cisait
Afif Abdilah Terpilih sebagai Ketua Umum GenBI Banten 2025, Siap Wujudkan GenBI yang Berintegritas, Berinovasi, dan Bersinergi
GenBI RISE 2025 Sukses Digelar, Regenerasi Kepemimpinan GenBI Banten Resmi Dimulai
Wagub Banten Hadiri Haflah Khotmil Quran di Ponpes At-Thohiriyah Serang
Santri RTQ El-Alif Meriahkan Tahun Baru Islam dengan Pawai Obor di Kota Serang
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Find Us on Socials

Berita Terkait

HMI MPO UIN SMH Banten Gelar Book Party, Ajak Mahasiswa Isi Liburan dengan Literasi

2 minggu ago

IPSI Banten Gelar Turnamen Silat “Banten Open Silat (BOS) 2025

3 minggu ago

Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Pamulang Serang, Pelatihan Pengelolaan Data Berbasis Excel

2 bulan ago

Kajian Literasi Bisnis: Strategi Bisnis dan Nilai Tauladan Abdurahman Abdul Auf

2 bulan ago

Damar BantenDamar Banten
© 2025 Damar Banten | PT. MEDIA DAMAR BANTEN Jalan Jakarta KM 5, Lingkungan Parung No. 7B Kota Serang Provinsi Banten
  • Iklan
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?