Pandemi Covid-19 menghajar perekonomian dunia. Indonesia, juga terkena dampaknya. Pelambatan perekonomian dunia juga dirasakan oleh masyarakat Banten. Selama lebih kurang 8 bulan dilanda pandemic covid 19, berbagai sector perekonomian mengalami kemerosotan. Fenomenannya jelas. Banyak pebisnis bangkrut, usaha sepi, PHK, pekerja dirumahkan, dan kesulitan ekonomi lainnya.
Kepala BPS Provisni Banten Adhi Wiriana mengatakan, pertumbuhan ekonomi Banten pada kuartal II-2020 mengalami pertumbuhan negatif, atau terkontraksi 7,40 persen. Hal itu disebabkan oleh Covid-19 yang melemahkan semua lapanganusaha.
Pertumbuhan terendah dicapai lapangan usaha transportasi dan pergudangan yang mencatatkan minus 47 persen. Selain itu, nett ekspor Provinsi Banten juga terkontraksi 49,12 persen di kuartal II-2020. Sedangkan yang masih positif, antara lain: Pertama, sektor usaha Informasi dan komunikasi yang tumbuh sebesar 5,91 persen. Kedua, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang tumbuh sebesar 3,31 persen. Ketiga, sektor usaha pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh sebesar 1,76 persen. Sementara itu, sektor komunikasi trecatat cukup tinggi karena kebijakan PSBB berakibat meningkatnya kebutuhan komunikasi dengan telepon dan internet; baik untuk urusan kerja, pendidikan, usaha dan lain-lain.
Mengatasi masalah itu, Pemerintah Daerah Provinsi, juga kabupaten dan kota, telah memberikan bantuan sosial, dan berupaya mendorong pemulihan ekonomi dari dampak pandemi COVID-19. Untuk itu, Pemprov Banten telah menetapkan tema Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2021 yaitu: “Akselerasi Daya Saing Daerah Melalui Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan Pemantapan Infrastruktur.” Adapun targetnya, yaitu pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di angka 73,30 poin; Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) pada 5,20 persen.; Persentase penduduk miskin dapat ditekan menjadi 5,20 persen; Tingkat pengangguran terbuka sebesar 10,10 persen; tingkat inflasi stabil di angka 3,50 persen, dan indeks gini rasio sebesar 0,363 poin.
Dari isu strategis yang di formulasikan, prioritasnya lebih kepada: pertama, Reformasi Birokrasi. Kedua, peningkatan daya saing perekonomian. Ketiga, penguatan interkoneksi melalui pembangunan infrastruktur; dan keempat, peningkatan kualitas SDM yang berdaya saing melalui pembangunan kualitas pelayanan kesehatan, pendidikan dan life skill.
Menyadari pukulan COVID-19 tidak hanya pelambanan perekonomian masyarakat, melainkan juga penurunan PAD serta pembengkakan biaya, maka pada tahun 2021 ini, Pemprov akan melakukan pinjaman untuk Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) ke PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI) agar dapat menjaga kinerjanya ditengah ancaman Covid 19. Total pinjaman tersebut senilai Rp 4,9 triliun dengan komposisi Rp 856 miliar di tahun 2020 dan Rp 4,1 triliun di 2021.
Kepariwisataan Banten
Salah satu sektor andalan untuk menggerakkan perekonomian Banten adalah Kepariwisataan. Alaannya, bukan saja karena potensi alam, budaya dan sejarahnya, melainkan karena letaknya yang berimpitan dengan ibu kota negara, Jakarta yang setiap liburan, warganya membutuhkan destinasi Wisata. Maka, tidaklah mengherankan bila kemudian pemerintah daerah provinsi, serta kabupaten dan kota menjadikan sektor ini sebagai andalannya. Target kunjungan wisatawan, sekitar 21 juta, jiwa yang seharusnya dicapai menjadi terganggu akibat COVID-19.
Dengan berbekal potensi –tidak kurang dari 344 jenis wisata alam, 231 jenis wisata buatan; dan sekitar 591 jenis wisata religi, sejarah budaya dan wisata ziarah– bila tidak ada pandemi, target tersebut bukanlah hal yang mustahil untuk di raih.
Industri pariwisata memang terpukul telak setelah tsunami 2018, dan kini pandemi COVID-19. Sehingga, semua sektor yang terhubung langsung dengan kepariwisataan terguncang, bahkan tak sedikit yang pailit dan terpaksa mem-PHK karyawannya.
Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Banten, Doddy Faturahman, dalam tulisannya di bantennews menyatakan: “Di antara beragam sektor perekonomian, pariwisata adalah termasuk yang paling terdampak pandemi Covid 19. Pasalnya, efek dari sektor ini sifatnya domino, di mana yang merasakan dampaknya bukan hanya di level korporasi, tetapi juga di kalangan menengah.
Secara perlahan, namun pasti, pemerintah mulai merespon dengan beragam kebijakan yang dikenal dengan new normal , dan membuka ruang untuk membangkitkan kembali dinamika ekonomi, tak terkecuali kepariwisataan. Selain berbagai bantuan dan crash program , Pemprov Banten juga mengenalkan program dengan berpedoman pada kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan lingkungan atau Clean, Healty, Safety, Environment CHSE) di destinasi wisata. Selain itu, Pemda melakukan berbagai pembenahan untuk hal itu.
Gubernur Banten Wahidin Halim, yang akrab disapa WH meyakini sektor pariwisata, khususnya pantai di Banten, mampu memulihkan, bahkan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Banten. Oleh karenanya, kondisi yang ada saat ini digunakan untuk membenahi tujuan wisata, khususnya infrastruktur untuk menuju berbagai kawasan wisata, misalnya, Pantai Anyer Kabupaten Serang dan Pantai Carita, Kabupaten Pandeglang, Pantai Tanjung Lesung di Kabupaten Pandeglang dan Pantai Sawarna, di Bayah, Kabupaten Lebak; serta tak kurang dari 55 pulau kecil yang tersebar di sepanjang garis pantai ini, turut memperkuat potensi wisata pantai Provinsi Banten.
Dengan strategi dan program yang demikian, Kepariwisataan nantinya diharapkan akan menciptakan multiplier dan spread effect yang menggerakkan dan menumbuhkan perekonomian Banten setelah COVID mereda. Semoga!
(Rd/Bul)