Cinta Dan Pernikahan (Khalil Gibran)
Dikutip Dari Noor Laily Rosyida
Maukah kau menerima hati yang mencinta
Tapi tak pernah mengalah ? dan membara, tapi
Tak pernah meleleh ? Akankah kau merasa nyaman
Pada jiwa yang gemetaran didepan badai, Namun
Tak pernah menyerah padanya?
Maukah kau menerima sebuah hati sebagai pasangan
Yang tak akan memimpin, juga tak mau dipimpin?
Maukah kau memilikiku tanpa menguasai diriku
Dengan membawa tubuhku & bukan hatiku?
————–
Hapus air maramu, sayangku. Karena Cinta
Yang membuka mata kita dan memperbudak hati
Kita akan menganugerahi kita kesabaran & kekuatan
Hapus air matamu dan bergembiralah, karena kita telah
Mengambil sumpah atas cinta dan dengan cinta itulah
Kita sanggup memikul beban derita kemiskinan dan
Pedihnya kesengsaraan juga luka perpisahaan
————–
Hidup tanpa cinta bagaikan sebatang pohon
tanpa bunga dan buah
Cinta tanpa keindahan bagaikan bunga
tanpa keharuman dan buah tanpa benih
Hidup, Cinta & Keindahan adalah 3 orang dalam satu sosok
yang tak bisa dipisahkan atau diubah
————–
Adalah keliru mengira cinta timbul dari lamanya persahabatan
Dan gigihnya masa pendekat. Cinta adalah hasil dari kekuatan tarik menarik
Spritual dan apabila tak terjadi pada saat itu juga, maka ia tdk akan tercipta selama bertahun-tahun
————–
OH, CINTA dengan tangan-tangan Illahiah
Yang telah mengendalikan hasratku
Dan meninggikan rasa lapar juga dahagaku
Hingga mencapai martabat dan harga diri
Jangan biarkan yang kuat dalam diriku dan yang terukur
Sehingga menggoda diriku yang lebih lemah
Lebih baik biarkan aku kelaparan
Dan biarkan hatiku terpanggang oleh kehausan
Dan biarkan aku mati dan binasa
Sebelum ku ulurkan tanganku
Pada cangkir yang tak kau isi
Atau mangkuk yang tak kau penuhi
————–
Pernikahan adalah penyatuan 2 jiwa
Hingga yang ketiga dilahirkan ke muka bumi
Ini adalah bersatunya 2 jiwa didalam kuatnya
Cinta demi terhapusnya perpisahan.
Ia adalah penyatuan tertinggi yang menggabungkan
2 satuan didalam 2 spirit. Ia adalah hujan cincin emas didalam
Sebuah lingkaran yang permulaannya adalah kerlingan dan
Ujungnya adalah keabadian. Ia adalah hujan murni yang turun
Dari langit tak berawan untuk menyuburkan dan memberkahi
Ladang alam Illahi. Sebagaimana pandangan pertama dari
Mata sang kekasih, begitulah benih yang ditaburkan dalam hati
Manusia sehingga penyatuan dua pecinta dalam pernikahan adalah
Laksana buah pertama dari bunga pertama dari benih tersebut
————–
Saling mencintailah satu sama lain, namun jangan membuat cinta sebagai ikatan
Biarkan ia sebagai lautan yang mengalun diantara pantai jiwa kalian …………
Bernyanyi dan menarilah bersama dan bernahagialah tetapi biarkan
Masing-masing dari kalian menyendiri sebagaaimana dawai-dawai kecapi terkait
Sendiri-sendiri walaupun mereka berdenting dalam alunan musik yang sama
Biarkan hatimu tetapi jangan dimiliki oleh pasanganmu karena hanya tangan
Kehidupan yang dapat menjaga hatimu dan berdirilah bersama namun jangan terlalu
Berdekatan karena bahkan pilar kuil sekalipun berdiri terpisah
————–
Suara kehidupan didalam diriku tak bisa menjangkau telinga kehidupan
Didalam dirimu, namun mari kita berbincang-bincang agar kita tak merasa kesepian
————–
Dan ketika kau kunyah sebutir apel dengan gigi-gigimu, katakan dalam hatimu,
Benihmu akan hidup didalam tubuhku dan kuncup masa depanmu akan bersemi
Dalam hatiku dan keharumanmu akan menjadi nafasku dan bersama-sama
kita akan bergembira melewati semua musim
————–
EMOSI yang kita takuti & yang mengguncang kita ketika berlalu melewati
Hati kita adalah hukum alam yang membimbing bulan mengitari bumi dan matahari
————–
Dahulu aku ada,
Sekarangpun aku ada
Maka aku akan terus ada hingga akhir waktu
Karena aku tak punya penghabisan
Aku telah membelah angkasa luas tiada batas
Dan melayang terbang didunia fantasi dan
Mendekat ke lingkaran cahaya di ketinggian
Tapi kau melihat diriku sebagai tawanan materi