Do’a & Harapan Bagi Indonesia Pada Hari Ini Yang Sedang Berada Ditubir Jurang

Sebagai penulis yang dipaksa berbicara, bukan cuma takut kepada mereka yang pintar omong jadi merasa telah direbut hak-haknya konstitusionalnya, tapi yang tidak kalah menakutkan bagi saya adalah, takut omongan lisan bisa disalah tafsirkan. Maka itu ada baiknya dibuat tertulis. Sekalian untuk menjaga budaya tulis menulis di negeri kita ini bisa lebih lues dan langggeng dan tak sampai dimonopoli oleh kalangan tertentu saja, seperti kapling ekonomi dan habitat politik yang semakin beringas dan buas.

Maka itu dalam posisi sebagai jurnalis, tentu pilihan bijak yang baik bagi saya intinya adalah sekedar memberi kesaksian belaka tehadap situasi dan kondisi Indonesia yang ditengarai makin gawat saja sampai hari ini. Tentu dengan segenap harap besok akan kembali membaik, tidak justru semakin seperti yang diperkirakan banyak pihak.

Keprihatinan saya pada bangsa dan negara Indonesia yang bisa dipahami dalam kondisi ditabir jurang, hanya bisa saya katakan atas kesaksian yang ditemui di lapangan.

Dalam bidang ekonomi misalnya saya perihatin dengan kegandrungan pemerintah yang labih terkedan tidak berpihak secara radikal pada rakyat. Mulai dari petani yang saya lihat tidak mendapat support maksimal dalam penyediaan benih, pupuk, hingga melindungi harga hasil panen yang terkesan tidak bisa dikontrol dan dikendalikan sepenuhnya oleh pemerintah. Seakan-akan pemerintah absen, tidak hadir memberi perlindungan kepada petani, termasuk nelayan.

Masalah pupuk saja seakan jadi masalah rutin atau berkala bagi kedulitan petani yang harus dihadapi untuk menjaga hasil panenannya agar tetap maksimal atai bahkan untuk ditingkatkan.

Dipihak lain, semangat pemerintah seperti berlebihan untuk melakukan impor bahan pangan, sehingga selalu membuat gejolak dan ke resahan seperti minyak sawit yang mendiduki tempat teratas dalam pembicaraan elet pemerintah dan masyarakat

Soalnya tebtu saja karena ada yang tidak beres dalam tata kelolanya, termasuk pada wilayah politik utamanya menjelang pemilu yang ikut mengganggu konsentrasi birokrasi pemerintah yang lebih sibuk mempersiapkan diri untuk menduduki jabatan tertentu yang lebih terjesan harus dimenangkan dengan cara apapun.

Semua itu jelas berkaitan erat dengan budaya dan agama yang semakin diabaikan dalam tata kelola bangsa dan negara yang akibatnya diikuti oleh warga masyarakat yang merasa selalu tersisih karena aturan dan perundang-undangan yang tidak memberi perlindungan secara adil bagi rakyat kecil.

Pemberitaan yang membuat rakyat merasa adanya perlakuan tidak adil itu, terlalu sudah banyak terjadi mulai dari koruptor yang diganjar hukuman tak setumpal hingga maraknya bisnis narkoba yang dilakukan juga oleh para aparat penegak hukum hingga petugas Lembaga Pemasyarakatan yang terus berulang dibiarkan menjadi rahasia umum.

Pada wilayah budaya dan agama pun, kerusakannya bukan saja karena ditunggangi masalah politik semata, tetapi juga ditasuki oleh otak kotor bisnis yang lebih disemangati oleh birahi kapitalis yang membinasakan nuansa persaudaraan dan kekeluargaan dari ruh ekonomi Pancasila yang harus bermuara dalam gairah dan semangat gotong.

Pada akhirnya pertahanan terakhir dari bangsa dan negara yang berakar tunggsng pada agama pun semakin rapuh. Meski dari sisi yang lain ada kecenderungann yang semakin menguat dengan tampilnya kelompok-kelompok pengajian, perkumpula pemuda Kristen serta komunutas agama Buddha dan paguyuban keagamaan lainnya serta forum lintas agama yang dibarebgi oleh gerakan kebangkitan kesadaran dan pemahaman spiritual seperti yang dimitori oleh GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) yang semakin fenomenal penampilannya pada akhir-akhir ini di Indonesia untuk menyambut peradaban baru manusia pada jaman milineal sekarang ini.

Jadi fenomena dari gerakan kebangkitan kesadaran spiritual tata peradaban manusia baru dari bumi nusantara ini, merupakan bagian dari sejumlah bukti perlawanan etika, moral dan akhlak manusia dari wilayah spiritual untuk menjawab ragam masalah yang sudah kusut dan semraut, seperti yang mampu digambarkan oleh Forum Alumni Universitas Mataram (FAUM) dalam narasi ditubir jurang yang mencemaskan.

Jadi kuncinya yang mampu ditawarkan adalah menjawab semua kecemasan itu dengan basis utama pijakannya adalah spiritual. Sebab kebobrokan politik dan keculasan dalam ekonomi serta kegamangan dari pemahaman budaya bisa dibasuh oleh lautan luas spiritual yang meliputi segenap jalan bagi semua agama yang ada. Maka itu, forum lintas agama menjadi makin penting dan perlu untuk memposisikan jalan netral yang bebas hambatan demi dan untuk kebersamaan di bumi. Agaknya, inilah relevansinya pemahaman terhadap bisikan dari langit itu, yakni rachmatan lil alamin.

Banten, 18 Juni 2022

Paparan ini untuk bahan acuan webinar yang siselenggarakan oleh Forum Alumni Universitas Mataram (FAUM), pada 19 Juni 2022.

Penulis : Jacob Ereste

BERITA TERKAIT

Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Tulis Namamu Disini

- Advertisement -spot_img

PALING SERING DIBACA

- Advertisement -spot_img

Terkini