Damar Banten – Di Jawa, muncul berbagai ramalan yang berkembang mengenai millenarisme, yakni merujuk pada satu masa kejayaan yang menyatakan, jika semua bentuk ketidakadilan akan berakhir serta kesejahteraan akan dapat dinikmati oleh masyarakat. Gagasan tentang milenarisme adalah sebuah gerakan yang berakar pada agama, yang bertujuan dalam menciptakan perubahan sosial pada kehidupan manusia di dunia, yang sedang mengalami ketertindasan dari berbagai kebijakan yang dibuat oleh penguasa asing.
Perlu digarisbawahi jika gerakan tersebut berbeda dengan gerakan salvation religion, atau gerakan eskatologi yang lebih berfokus pada perubahan yang hanya terjadi di akhirat.
Tujuan dari gerakan mileniarisme di Banten adalah bentuk pengharapan jika pergolakan sosial yang terjadi, akan mengantarkan kemenangan pada umat Islam terhadap kolonial Belanda, yang itu nantinya akan membuat tatanan negara serta masyarakat tradisional dapat dipulihkan kembali.
Gerakan millenarian memang berpotensi menjadi sebuah gerakan yang sangat radikal, hal itu karena gerakan tersebut mempunyai capaian dalam melakukan restorasi terhadap status quo secara total, alhasil memakai gagasan milenaristik di Banten telah memberikan jawaban terhadap masyarakat guna menyatakan sebuah perlawanan.
Di samping itu, Sartono Kartodirdo menjelaskan, jika radikal ialah bentuk gerakan sosial yang menolak secara total, diikuti dengan reaksi masyarakat dalam menentang penguasa yang memiliki hak istimewa, dengan begitu dapat dikatakan jika gerakan radikalisme merupakan sempalan atas gerakan Ratu Adil, yang itu bersifat revolusioner serta mempunyai pengikut pada golongan kelas bawah atau kaum tertindas.
Di Banten, keyakinan atas Mileniarisme sudah mengakar pada kelompok masyarakat seperti petani, buruh, serta bandit sebagai sebuah solusi dalam mengakhiri penderitaan sosial yang mereka alami. Mereka yang mempunyai keyakinan atas gerakan Milleniarisme diharuskan agar patuh terhadap setiap perintah dari para pemimpin pada saat melakukan gerakan revolusioner.
Kecenderungan setiap tokoh pada gerakan Milleniarisme biasanya akan menekankan kepada para pengikutnya, agar supaya mengambil upaya-upaya antisipasi serta apabila menolaknya akan dijatuhi hukuman. Di samping itu, gerakan Mileniarisme berguna dalam mengorganisir massa rakyat pada suatu kesatuan baru, yang itu biasanya melebihi sebuah ikatan keluarga, alhasil menciptakan rasa loyalitas yang tinggi kepada para pemimpin revolusi.
Dengan demikian, hal tersebut bisa ditinjau dari sebagian gerakan sosial—yang diperkarsai oleh para tokoh elite agama—yang dengan cepatnya bisa mengorganisir massa rakyat dalam melaksanakan perlawanan terhadap pemerintahan kolonial. Hal tersebut juga tergambarkan pada Ideologi mesianis yang merujuk pada Juru Selamat, yang itu mempunyai cenderung kepada gerakan Mileniarisme atau sebuah keyakinan mengenai kedatangan Mesiah, yang itu ada pada agama Nasrani yang dibawa oleh Isa Al-Masih.
Yang itu bisa ditinjau pada ajaran kitab Perjanjian Lama yang sudah meramalkan mengenai akan datangnya juru selamat, guna mengembalikan kejayaan seperti yang telah dilakukan oleh Nabi Daud As, pada saat memimpin kerajaan serta sosok yang dinantikan tersebut nantinya akan lahir dari keturunannya. Pada Perjanjian Lama juga tertulis keyakinan jika, Mesias lahir ke dunia melalui seorang perempuan suci bernama Maryam, yang selanjutnya anak tersebut dinamai Isa. Pada peristiwa tersebut, banyak pihak yang menyimpan harapan terhadap Isa yang diangkat nabi, agar menjadi juru selamat bagi umatnya.
Hal tersebut juga ada pada kepercayaan di Jawa, di mana harapan mengenai milleniaristik acapkali terpusat kepada para sosok mesianis, sedangkan untuk sang Juru Selamat atau Ratu Adil seringkali datang dari pihak kerajaan atau sosok yang mempunyai pengetahuan mengenai agama Islam, semacam guru, kiai, serta seseorang yang dianggap suci atau mempunyai daya kharismatik dan prophetic.
Munculnya sosok sebagai Ratu Adil sering kali disebabkan oleh beberapa persoalan, seperti halnya bencana alam, penurunan martabat, serta kesengsaraan atau penderitaan. Ramalan mengenai sosok Ratu Adil atau Imam Mahdi telah diungkapkan oleh Jayabaya sebagai sosok yang akan hadir dalam membebaskan penderitaan, kelaparan, serta ketidakadilan yang dialami oleh masyarakat.
Keyakinan akan hal mistik tersebut sudah menjamur bagi kalangan masyarakat Jawa, yang telah atau sedang mengalami penjajahan serta eksploitasi pertanian secara membabi-buta, yang itu dilakukan oleh bangsa Eropa. Kondisi tersebut memungkinkan untuk dimanfaatkan oleh para tokoh dalam mempropaganda masyarakat, supaya melakukan tindakan perlawanan terhadap pemerintah kolonial Belanda, yang itu membuat para pejabat kolonial acapkali mengawasi para tokoh agama, bahkan berupaya dalam menghentikan pergerakan mereka, supaya tidak melakukan gejolak sosial di tengah masyarakat.
Penulis: Ilham Aulia Japra