Makan sehat, maksudnya: bahan makanan yang sehat, komposisi gizi yang lengkap seimbang. Sehingga juga berarti aneka macam bahan makanan yang mengandung gizi macam2, dan masing2 bahan makanan itu sehat gak mengandung “racun”.
Nah yang namanya “makan sehat” itu, kian hari kian menjadi barang mahal. Semua bahan makanan kan ikut hukum pasar bebas, dan di “pasar bebas” itu masing2 bagian dari rantai pasok si bahan pangan akan mengambil keuntungan yang “maksimal” yang bisa ia peroleh sesuai posisi tawarnya. Jadi ya, produsen dapat harga “paling rendah” sementara konsumen selalu akan mendapatkan “harga tertinggi”.
Dalam hukum dagang ini tidak ada yang peduli apakah 99% orang di muka bumi ini, bisa menjangkau bahan2 makanan sehat itu atau tidak. Di desa2 dimana bahan makanan “diproduksi” masyarakatnya justru dililit kemiskinan yang tak kunjung teratasi, karena ya selalu dapat jatah “harga terendah”. Sementara yg tinggal di kota2 yg prosentasenya kian hari kian banyak karena urbanisasi, para konsumen selalu mendapat jatah “harga tertinggi”.
Tidak ada yang peduli apakah anak2 makan sehat. Tidak ada yang peduli apakah mereka yang usia produktif, harus bekerja menanggung beban keluarga dan masyarakat, bisa makan sehat. Tidak ada yang peduli apakah para lansia yang sebetulnya masih sangat bisa produktif berkontribusi bagi keluarga dan masyarakatnya bisa makan sehat.
Tidak ada yang peduli tingginya laju kenaikan penderita “sakit” macam diabetes, kanker, hingga aneka “sakit” yang berhubungan dengan mental, hormon, syaraf, yang kalau diruntut pangkal-ujungnya adalah dari asupan makanan masyarakat. Tidak ada yang peduli tingginya biaya mengobati “sakit” yang sebetulnya bisa dicegah andai masyarakat bisa menjangkau makanan sehatnya.
Giliran ada yang “peduli” membahas soal pangan sehat, yang dibahas hampir pasti adalah makanan2 yang muahaaalnya malah berlipat2 ganda nyundul langit. Judul dari “makanan sehat” yang bagus2 ini seperti “organic food”, “premium”, “healthy food”, dll keren2 dengan price tag yang bikin nanar mata jelata memandangnya. Seakan tertulis di situ kata2 mutiara “makanan sehat bagus ini hanya untuk orang kaya raya”.
Pembahasan soal makanan sehat masih saja berkutat di paradigma dan sudut pandang hukum dagang yang sama. Masih berkutat di “konflik kepentingan” antara “kesejahteraan petani” versus “konsumen perlu harga serendah2nya”, misalnya. Padahal para produsen bahan pangan dan “konsumen” sama2 masuk ke 99% rakyat jelata dan sama2 seharusnya bisa makan sehat.
Emak2 macam diriku nih tak silau mataku ini dengan bahasan soal kecanggihan2 teknologi dihital dihital apalah, dengan bahasan keren2 macam sustainable production of food atau aneka perdebatan cara produksi pangan yang mengklaim sehat atau tidak sehat, atau bahasan2 hebat dengan campaign2 cerdas dan poster webinar keren2 banget soal pangan yang begini begitu… Sebab bahasan2 itu sama sekali tidak relevan dengan kenyataan sehari2 dimana makanan lengkap karbo, protein, sayuran dan buah2an untuk sekeluarga sekitar 5 orang itu menghabiskan setidaknya 100ribu sehari, sementara jatah duit untuk belanja dari penghasilan yang ada gak nyampe segitu. Ada buanyaaak, puluhan juta rumah tangga di Indonesia yang jatah uang belanjanya sehari di bawah tiga puluh ribu rupiah untuk makan orang serumah. Bukan untuk 1 orang lho ya, untuk serumah, yang artinya bisa 3, 5, bahkan 8, 10 orang. Jadi, umpama 4 orang ajalah, jatah belanja makanan sehari 30ribu, berarti jatah per orang 7500 untuk umpama 2 kali makan aja sehari, berarti sekali makan 3250 perak, pak bu sekalian.
Maka orang biasa yang tak hebat sama sekali macam diriku ini mimpiku sederhana saja. Gak muluk2 setinggi langit membelah samudra. Duhai millenial dan generasi2 canggih disrupsi digital yang lahir dengan sekian banyak kehebatan jaman, tolonglah pikirkan dan wujudkan bagaimana caranya agar semua orang di muka bumi ini bisa makan sehat. Tanpa tergantung orang punya duit atau tidak. Bukan tergantung kalau you kaya banyak duit baru you layak makan makanan sehat2 nan premium2 itu. Tolong ubah mekanisme pasar bebas untuk makanan yang kejam hasil karya manusia generasi sebelummu ini.
Mimpiku sederhana banget. Karena makan makanan yang wajar, untuk mempertahankan kehidupan dengan wajar, adalah (mestinya diyakini bersama sebagai) HAK DASAR setiap manusia yang lahir. Dan hari ini tidak ada yang peduli bahwa HAK DASAR berupa makan sehat ini diam2 sudah ditiadakan, dimusnahkan dari muka bumi. Diganti dengan pasar bebas dimana uang menentukan apakah seorang manusia layak hidup sehat dengan wajar atau dibiarkan saja mati sakit cepat atau menderita pelan-pelan.
(Dewi Hutabarat)