By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Damar BantenDamar BantenDamar Banten
  • Beranda
  • Utama Damar Banten
  • Seputar Banten
  • Ekonomi dan Bisnis
  • Wisata-Budaya
  • Olahraga
  • opini
  • Figur
  • Video
Reading: Drama Politik di Balik Pemberontakan dan Pemecatan: Kisah Perjuangan Bupati Kartadiningrat
Share
Font ResizerAa
Font ResizerAa
Damar BantenDamar Banten
  • Beranda
  • Utama
  • Seputar Banten
  • Ekonomi dan Bisnis
  • Wisata-Budaya
  • Olahraga
  • opini
  • Figur
  • Seputar Banten
  • Komunitas
  • Utama
  • Ekonomi – Bisnis
  • Wisata dan Budaya
  • Olah Raga
  • Figur
  • Sorotan
  • Contact
  • Blog
  • Complaint
  • Advertise
  • Advertise
© 2025 Damar Banten.
Feature

Drama Politik di Balik Pemberontakan dan Pemecatan: Kisah Perjuangan Bupati Kartadiningrat

Last updated: Maret 19, 2024 6:41 pm
1 tahun ago
Share
2 Min Read
SHARE

Damar Banten – Pemberontakan revolusi 1926 di Indonesia bukan hanya tentang aksi para pejuang di lapangan, tetapi juga melibatkan intrik dan dramatisasi politik di balik layar. Pemerintah kolonial Belanda tidak hanya menangkap dan menghukum para pejuang, tetapi juga mengambil tindakan drastis terhadap pejabat setempat yang dianggap terlibat atau tidak cukup tegas dalam menangani situasi tersebut.

Salah satu tokoh yang terlibat dalam drama politik ini adalah R.A.A. Kartadiningrat, bupati Pandeglang. Meskipun telah lama menjabat sebagai bupati, Kartadiningrat mendapati dirinya dipecat karena perbedaan sikapnya dengan Residen Banten, Putman Cramer, dalam menangani aktivitas revolusioner.

Pemecatan Kartadiningrat tidaklah datang begitu saja. Tuduhan terhadapnya meliputi ketidakpedulian terhadap aktivitas PKI dan kurangnya tindakan dalam menindaklanjuti laporan-laporan yang diterimanya. Bahkan, sikapnya yang hormat kepada ulama terkemuka seperti Syeikh Asnawi Caringin dianggap sebagai kejahatan oleh pemerintah kolonial.

Dalam sidang-sidang dan interogasi, Kartadiningrat mencoba membela diri. Namun, tuduhan terhadapnya terbukti cukup berat, termasuk terkait dengan ketidakpedulian terhadap peringatan-peringatan dari bawahannya yang kemudian berujung pada tragedi kematian mereka.

Pemecatan Kartadiningrat menjadi satu bagian dari rangkaian tindakan keras pemerintah kolonial untuk menekan dan menghancurkan pemberontakan yang terjadi. Namun, di balik keputusan itu, terdapat pula intrik politik dan pertarungan kekuasaan yang melibatkan berbagai pihak di dalam dan luar pemerintahan.

Kisah pemecatan Kartadiningrat memberikan gambaran tentang kompleksitas politik dan sosial di masa revolusi 1926, di mana loyalitas, pengkhianatan, dan pertarungan kepentingan menjadi bagian tak terpisahkan dari perjuangan yang terjadi di Tanah Air.

Penulis : Ilham Aulia Japra

You Might Also Like

Andra Soni : Anak Petani Hingga Ketua DPRD Provinsi Banten
Kesultanan Utsmaniyah di Bawah Kekuasaan Sultan Mehmed II: Penaklukan Konstantinopel
Napoleon Bonaparte: Dinobatkan sebagai Raja Italia
Jan Pieterszoon Coen dan Genosida di Banda: Sebuah Sejarah Kelam Penjajahan Belanda
Perjalanan Intelektual Karl Marx: Dari Trier ke London
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Find Us on Socials

Berita Terkait

Peranan Taman Siswa Dalam Membangun Kesadaran Pendidikan dan Kemerdekaan di Indonesia

1 tahun ago

Perkembangan Pendidikan dan Pengajaran di Indonesia: Dari Akhir Abad ke-19 hingga Awal Abad ke-20

1 tahun ago

Paulo Freire: Pendidikan Kaum Tertindas dan Pembebasan Manusia

1 tahun ago

Perbandingan Antara “Das Kapital” Karya Karl Marx dan “The Wealth of Nations” Karya Adam Smith: Korelasi dan Relevansinya di Zaman Sekarang

1 tahun ago

Damar BantenDamar Banten
© 2025 Damar Banten | PT. MEDIA DAMAR BANTEN Jalan Jakarta KM 5, Lingkungan Parung No. 7B Kota Serang Provinsi Banten
  • Iklan
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?