By using this site, you agree to the Privacy Policy and Terms of Use.
Accept
Damar BantenDamar BantenDamar Banten
  • Beranda
  • Utama Damar Banten
  • Seputar Banten
  • Ekonomi dan Bisnis
  • Wisata-Budaya
  • Olahraga
  • opini
  • Figur
  • Video
Reading: Perubahan Sosial dan Politik di Banten Selama Masa Pendudukan: Dari Penjajahan Belanda Hingga Kedatangan Jepang
Share
Font ResizerAa
Font ResizerAa
Damar BantenDamar Banten
  • Beranda
  • Utama
  • Seputar Banten
  • Ekonomi dan Bisnis
  • Wisata-Budaya
  • Olahraga
  • opini
  • Figur
  • Seputar Banten
  • Komunitas
  • Utama
  • Ekonomi – Bisnis
  • Wisata dan Budaya
  • Olah Raga
  • Figur
  • Sorotan
  • Contact
  • Blog
  • Complaint
  • Advertise
  • Advertise
© 2025 Damar Banten.
Feature

Perubahan Sosial dan Politik di Banten Selama Masa Pendudukan: Dari Penjajahan Belanda Hingga Kedatangan Jepang

Last updated: April 8, 2024 4:40 pm
1 tahun ago
Share
3 Min Read
SHARE

Damar Banten – Daerah Banten, terletak di bagian barat Pulau Jawa, merupakan sebuah keresidenan yang terdiri dari tiga kabupaten: Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, dan Kabupaten Serang. Secara umum, Banten dibagi menjadi dua wilayah yang berbeda: bagian selatan yang merupakan daerah pegunungan dengan populasi jarang, dan bagian utara yang merupakan dataran rendah dengan populasi padat.

Mayoritas penduduk Banten adalah suku Sunda, dengan masyarakat Baduy di daerah selatan yang mempertahankan adat istiadat mereka. Di bagian utara, mayoritas penduduk adalah pendatang dan keturunan Jawa dari Demak dan Cirebon.

Struktur sosial masyarakat Banten didasarkan pada kepemilikan tanah, karena daerahnya yang dominan agraris. Sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai petani, meskipun ada juga yang bekerja sebagai nelayan, tukang, pekerja industri, dan pedagang. Pada abad ke-19, masyarakat Banten dikelompokkan menjadi dua kelompok: jalma leutik, yang terdiri dari petani, tukang, pedagang, dan buruh, serta priyayi, yang terdiri dari bangsawan dan elit birokrasi.

Pada masa kekuasaan Kesultanan Banten yang didirikan pada tahun 1525, wilayahnya meliputi daerah Jasinga, Tangerang, dan Lampung. Namun, setelah kemunduran pada masa perebutan kekuasaan di keluarga sultan dan intervensi Belanda, kesultanan mengalami penurunan hingga berakhir pada tahun 1808.

Setelah Belanda menguasai Kesultanan Banten, terjadi berbagai perlawanan di daerah tersebut, termasuk pemberontakan yang mencakup peristiwa-peristiwa seperti pemberontakan Pandeglang (1811), peristiwa Geger Cilegon (1888), pemberontakan Cikande Udik (1845), peristiwa Kolelet (1866), dan pemberontakan Wakhia (1850). Pada tahun 1926, Banten menjadi pusat pemberontakan komunis yang mencemaskan pemerintah Hindia Belanda.

Kedatangan Jepang ke Indonesia selama Perang Dunia II membawa angin segar bagi para pejuang kemerdekaan. Meskipun pada awalnya disambut dengan baik, pemerintahan Jepang kemudian menunjukkan sifatnya yang kejam dengan menerapkan berbagai peraturan ketat dan menekan rakyat. Meskipun melakukan pendekatan melalui pendidikan dan propaganda, pemerintah Jepang menghadapi perlawanan dari beberapa kelompok, termasuk ulama-ulama Banten yang menentang kewajiban menyembah Kaisar Jepang.

Pendudukan Jepang mengakibatkan perubahan sosial yang signifikan, termasuk perubahan dalam pelapisan sosial. Orang Jepang menduduki lapisan teratas, diikuti oleh orang Timur Asing dan Indonesia, sedangkan orang Belanda dan Eropa yang kalah perang berada di lapisan terbawah. Banyak harta benda dan perusahaan milik Belanda disita oleh Jepang sebagai hasil dari perang.

Pendudukan Jepang di Banten memberikan gambaran tentang dinamika sosial dan politik yang terjadi selama periode tersebut, serta menandai awal dari perubahan menuju kemerdekaan Indonesia.

Penulis: Ilham Aulia Japra

You Might Also Like

Andra Soni : Anak Petani Hingga Ketua DPRD Provinsi Banten
Kesultanan Utsmaniyah di Bawah Kekuasaan Sultan Mehmed II: Penaklukan Konstantinopel
Napoleon Bonaparte: Dinobatkan sebagai Raja Italia
Jan Pieterszoon Coen dan Genosida di Banda: Sebuah Sejarah Kelam Penjajahan Belanda
Perjalanan Intelektual Karl Marx: Dari Trier ke London
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Find Us on Socials

Berita Terkait

Peranan Taman Siswa Dalam Membangun Kesadaran Pendidikan dan Kemerdekaan di Indonesia

1 tahun ago

Perkembangan Pendidikan dan Pengajaran di Indonesia: Dari Akhir Abad ke-19 hingga Awal Abad ke-20

1 tahun ago

Paulo Freire: Pendidikan Kaum Tertindas dan Pembebasan Manusia

1 tahun ago

Perbandingan Antara “Das Kapital” Karya Karl Marx dan “The Wealth of Nations” Karya Adam Smith: Korelasi dan Relevansinya di Zaman Sekarang

1 tahun ago

Damar BantenDamar Banten
© 2025 Damar Banten | PT. MEDIA DAMAR BANTEN Jalan Jakarta KM 5, Lingkungan Parung No. 7B Kota Serang Provinsi Banten
  • Iklan
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?