Serang, 15 Juli 2025 Pagi masih muda ketika halaman Pendopo Gubernur Banten mulai dipenuhi orang. Sejak pukul 07.45 WIB, relawan, komunitas peduli lingkungan, warga, dan jajaran pemerintah daerah telah berkumpul. Suasana akrab terbangun dari sapaan dan persiapan.
Sebelum keberangkatan, seluruh peserta yang akan turun ke sungai sudah mengenakan pelampung keselamatan. Suasana hening sejenak ketika doa bersama. Semua berdiri khidmat, berharap perjalanan susur sungai itu membawa kebaikan bagi lingkungan dan masyarakat.
Usai doa, sebuah momen simbolis digelar. Gubernur Banten Andra Soni menyerahkan dayung kepada Ketua FAJI Kabupaten Serang, Lulu Jamaludin. Tepuk tangan pun mengiringi prosesi itu, menjadi tanda dimulainya kegiatan Arung Kali Banten 2025.
Perahu Kart siap berjajar menunggu peserta,
Satu per satu peserta naik ke 11 perahu karet yang telah disiapkan. Setiap perahu diisi maksimal 8 orang termasuk Gubernur, Wali Kota, dan rombongan utama. Karena jumlah perahu terbatas, sebagian warga dan relawan lain standby di Jembatan Ki Demang. Mereka menunggu kedatangan rombongan sambil memantau perjalanan melalui alat komunikasi.
Tepat pukul 08.17 WIB, dayung pertama mendorong perahu dari tepian pendopo. Barisan perahu itu bergerak menyusuri Sungai Cibanten, melintasi arus yang tenang di permukaan namun penuh tantangan di bawahnya.

Potret Sungai dan Suara Warga
Sepanjang perjalanan, peserta menemukan kenyataan pahit: tumpukan sampah, terutama sampah rumah tangga, menutupi beberapa bagian sungai. Kantong kresek, botol plastik, dan limbah dapur menyangkut di akar pohon dan bebatuan. Tumpukan ini tidak hanya mengganggu estetika, tetapi juga membuat aliran sungai terhambat dan dangkal di sejumlah titik, menyulitkan laju perahu dan membahayakan ekosistem.
Di tepian, beberapa warga menyaksikan iring-iringan perahu. Bu Anis, salah satu warga yang tinggal tak jauh dari jembatan, mengungkapkan keprihatinannya:
“Banyak warga buang sampah diam‑diam ke sungai, apalagi malam hari. Padahal dari pihak RT dan pemerintah sudah sering ngingetin. Tapi tetap aja nggak sadar-sadar. Lama-lama ya makin parah kayak gini,” ucapnya lirih.
Sampai di Jembatan, Lanjut Diskusi
Sekitar pukul 10.09 WIB, rombongan perahu karet tiba di Jembatan Ki Demang. Suasana meriah menyambut mereka. Relawan dan warga yang menunggu sejak pagi bertepuk tangan melihat para peserta satu per satu naik dari perahu.
Tidak lama kemudian, di bawah jembatan yang menjadi saksi perjalanan itu, digelar diskusi Arung Kali Banten 2025. Di hadapan relawan dan warga, Gubernur Andra Soni menyampaikan pesan penting:
“Saat terjadi banjir, sering kali pemerintah yang disalahkan. Tapi dari perjalanan ini kita lihat sendiri, tumpukan sampah juga akibat kebiasaan kita. Maka mari kita gerakkan semangat kebersamaan dari provinsi, kota, sampai RT.”
Wali Kota Serang Budi Rustandi pun memberikan pandangan:
“Kawasan ini bukan hanya harus bersih, tapi bisa kita jadikan ruang baru untuk wisata arung jeram dan olahraga lingkungan. Tantangan selalu ada, namun dengan kerja sama semua pihak, tahun depan Cibanten bisa jadi ikon baru Kota Serang.”

Sementara itu, Lulu Jamaludin dari FAJI menegaskan langkah selanjutnya:
“Minggu depan kita lanjut pembersihan dan pemetaan jalur. Dengan dukungan semua pihak, insya Allah kawasan ini bisa jadi wisata air berkelanjutan.”
Penutup: Harapan yang Mengalir
Dari halaman pendopo hingga bawah jembatan, perjalanan ini bukan sekadar petualangan air. Ia menjadi simbol bahwa dengan kebersamaan, Sungai Cibanten dapat kembali hidup dan memberi manfaat. Harapan itu kini mengalir, seperti arus sungai yang tak henti bergerak menuju masa depan yang lebih bersih dan penuh makna.
Laporan ini ditulis oleh:
Mardiyah, Sayyidah, dan Rifki Eka