Damar Banten – Secara historis, Taman Siswa didirikan untuk mengantisipasi ketidakpuasan terhadap sistem, model, dan politik pendidikan pemerintah kolonial.
Pendidikan dan pengajaran Belanda dianggap memiliki dua kelemahan pokok, yaitu terlalu menekankan intelektualitas dan berfungsi semata-mata demi kepentingan penjajah Belanda.
Kelompok elite intelektual Indonesia, khususnya Dewantara, menyelenggarakan pendidikan sekolah swasta sebagai respons atas aspek negatif tersebut. Pendidikan nasional didirikan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang bermanfaat untuk memajukan bangsa Indonesia.
Lembaga, guru pengajar, dan para murid telah disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat, memungkinkan untuk mengantisipasi berbagai kendala yang dihadapi. Perhatian terhadap dasar-dasar kepribadian dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa kebudayaan asli mengandung khazanah sosiokultural yang kaya.
Peninggalan sejarah dan arkeologi menunjukkan berbagai masalah yang berkaitan dengan etika, estetika, religi, dan kultural lainnya di kepulauan Nusantara. Menggali aspek-aspek kepribadian dan khazanah tradisi lainnya perlu dilakukan dengan cara yang baru, menggunakan metode terbaru yang dianggap relevan.
Sebagai perguruan nasional yang diakui popularitasnya di Indonesia, Taman Siswa memiliki hubungan dengan perguruan di luar negeri yang telah berhasil dalam memajukan bangsanya. Persamaan yang ditunjukkan di antara perguruan tersebut adalah kebebasan terhadap anak didik, mengurangi kekuasaan guru dan orang tua, dan mengembalikan anak didik ke alam.
Pembicaraan mengenai pendidikan nasional dalam kaitannya dengan zaman kemerdekaan perlu diberikan alasan-alasan yang lebih mendasar dengan pertimbangan bahwa kemajuan bangsa terletak dalam kemajuan pendidikan dan pengajarannya.
Kebesaran bangsa Indonesia seharusnya juga disertai dengan kemajuan bidang pendidikan, sehingga terjadi keseimbangan antara faktor infrastruktur material dengan superstruktur ideologisnya. Kenyataan menunjukkan bahwa masih terjadi ketidakseimbangan yang mencolok antara kedua faktor tersebut sampai dengan awal abad ke-21.
Kekayaan alam yang telah dianugerahkan kepada nenek moyang belum berhasil dipelihara sebagaimana mestinya, malah dieksploitasi demi kepentingan kelompok, pribadi, dan penguasa tertentu. Pendidikan Taman Siswa, bersama-sama dengan sekolah swasta lainnya, telah menyadari kemungkinan-kemungkinan di atas.
Sistem paguron diniatkan untuk menyesuaikan diri dengan sistem pondok di satu pihak, dan mengatasi kekurangan biaya di pihak yang lain.
Tujuan Taman Siswa, sejak awal berdirinya, bukan semata-mata kemajuan bangsa dalam pendidikan, melainkan juga menanamkan kesadaran akan pentingnya pendidikan dan kemerdekaan.
Taman Siswa, sebagai gerakan kultural dan politis, telah berhasil menginvestasikan kesadaran bahwa kemajuan suatu bangsa dapat terwujud melalui kemajuan dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
1Generasi berikutnya, khususnya generasi sekarang, wajib memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap jasa Dewantara dan Taman Siswa, dengan meneruskan cita-cita untuk mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Hari Pendidikan Nasional yang ditetapkan pada tanggal 2 Mei sebagai penghormatan kepada Dewantara dan sumbangan besar Taman Siswa bagi perkembangan pendidikan di Indonesia, menunjukkan bahwa cita-citanya masih hidup dan akan terus hidup, menuntut pertanggungjawabannya kepada generasi sekarang dan seterusnya.
Penulis: Ilham Aulia Japra