Damar Banten – Setelah berhasil menangkap Pangeran Achmad dan Mas Djakaria, situasi di wilayah Banten mulai stabil, menarik perhatian Mayor Yule terhadap potensi tanah untuk penanaman kapas yang akan diekspor ke Calcutta. Yule bekerja sama dengan Pangeran Suramanggala untuk mengatur penanaman dan pemerintahan di wilayah tersebut.
Upaya untuk merapikan desa-desa di sepanjang Cikande atau Cidurian dan Ondar-Andir dilakukan dengan menerapkan sistem pajak atas sewa tanah kepada para pemilik tanah. Raffles mengeluarkan kebijakan tentang fasilitas tanah partikelir, memberikan keadilan kepada penduduk dan membantu mengembalikan ikatan primordial di masyarakat Banten.
Pemerintah Inggris melihat potensi ekonomi Banten sebagai tujuan utama, terutama dalam produksi garam dan komoditas tanaman komersial lainnya seperti kopi, nila, dan lada. Meskipun upaya eksploitasi ekonomi dilakukan, situasi keamanan masih belum sepenuhnya baik karena adanya pemberontakan dan perampokan yang terus berlangsung.
Raffles menjual tanah pemerintah kepada perusahaan swasta untuk menutupi kebutuhan keuangan kolonial. Namun, kebijakan ini menimbulkan ketidakpuasan di kalangan rakyat Banten dan elite kesultanan. Penghapusan kesultanan Banten oleh pemerintah Inggris dan penggantian struktur pemerintahan menimbulkan reaksi dari rakyat, terutama elite kesultanan dan tuan tanah.
Pemberontakan terus berlanjut di Banten, dipimpin oleh tokoh-tokoh seperti Pangeran Sane dan Nuriman, yang mendapat dukungan luas dari rakyat untuk mengembalikan kejayaan kesultanan. Meskipun demikian, pemerintah Inggris terus berupaya mengatasi situasi dengan operasi penangkapan terhadap para pemberontak.
Perlu ditekankan bahwa peran tokoh-tokoh pemimpin sangat penting dalam pemberontakan ini, yang didasarkan pada strategi politik dan keagamaan mereka. Penerapan sistem sewa tanah menandai perubahan besar dalam struktur sosial dan politik Banten, mengakhiri kekuasaan kesultanan dan memulai era pemerintahan kolonial yang lebih birokratis.
Dalam menggambarkan masa pemerintahan mereka, Daendels dan Raffles berusaha meninggalkan kesan positif, tetapi kenyataannya mencerminkan dimulainya era modern di mana kolonialisme Eropa mengklaim hegemoni di wilayah Nusantara.
Penulis: Ilham Aulia Japra