Musim udang yang ditunggu-tunggu nelayan Desa Lontar, Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang pun tiba. Raut wajah mereka terlihat sumringah. Betapa tidak? Hampir dua bulan terakhir ini, Januari-Februari, mereka tidak bisa melaut karena sering hujan, dan terjadi gelombang besar di laut. Tak ada pendapatan rutin. Untuk makan sehari-hari mereka mengandalkan simpanan/tabungan, tetapi tidak sedikit pula yang terpaksa harus berutang kiri-kanan untuk memenuhi kehidupannya sehari-hari.
Sejak memasuki bulan Maret, Nelayan serasa mendapat berkah agung. Musim udang yang ditunggu-tunggu telah tiba. Saatnya menjaring udang. Seorang nelayan Desa Lontar, Niko (50) mengemukakan, selama kurang lebih dua bulan terakhir ini, warga tak bisa melaut, namun sekarang kami sangat senang karena udang banyak kami dapat di laut.
“Sekarang musim udang, alhamdulillah kita bersyukur masih bisa diberi tangkapan udang yang melimpah. Musim udang yang sangat kami tunggu untuk bisa mendapatkan penghasilan yang lebih besar jika hasil tangkapannya banyak.” Ungkapnya.
Senada itu, H.Marsim juga mengucapkan rasa syukurnya atas dtangnya musim udang ini. Apalagi, musim udang adalah musim yang banyak ditunggu-tunggu oleh warga Desa Lontar.
“Alhamdulillah, nelayan lontar mah seneng kalo lagi musim udang tuh, apalagi sejak musim hujan kurang lebih 2 bulan ga melaut.” Ungkap H. Marsim (73) Nelayan tradisional di Desa Lontar Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang, Minggu (07/03/2021) pagi.
Ada dua lokasi tempat berburu udang di laut, yaitu di Pulau Kemojang, atau dikenal juga dengan sebutan Pulau Tiga, dan P. Laki di Kepulauan Seribu, lokasi jatuhnya pesawat Sriwijaya beberapa waktu lalu. Soal kemana harus berburu, hal itu sangat bergantung pada arah angin. Bila angin datang dari barat, udang akan tergiring arus ke P. Laki, dan sebaliknya bila angin bertiup ke arah timur, udang akan tergiring ke pulau Kemojang. Lama perjalanan ke P.Laki memakan waktu sekitar 4 jam, sedangkan ke P.Kemojang hanya membutuhkan waktu sekita 1 jam saja.
“Bila arah angin ke barat, kami akan menjaring udang di seputaran P. Laki, sedangkan bilai angin ke arah timut, kami menjaring di P Kemojang. Senengnya sih menjaring di Kemojang. Lebih dekat,” jelas seorang nelayan, warga Desa Lontar.
Selama ini, warga Desa Lontar menggantungkan hidupnya di laut setempat, kini mereka sangat bersyukur dengan datangnya musim udang, karena udang laut menjadi salah satu primadona tangkapan nelayan desa lontar untuk bisa mendapatkan penghasilan yang lebih besar jika hasil tangkapannya banyak.
Pada umumnya, nelayan tidak berjalan sendiri-sendiri, melainkan berkelompok. Satu kelompok bisa terdiri dari 3-4 orang. Niko misalnya, berkelompok empat orang. Sayangnya, mereka tidak mempunyai modal untuk melaut, menjaring udang. Kebutuhannya tidak besar, hanya Rp.170 ribu untuk beroperasi seharian menjaring udang. Untuk itu, mereka biasa meminjam modal dari pemilik kapal, dan dikembalikan setelah hasil tangkapan udangnya terjual.
“ Kami meminjam uang dari juragan, dan dikembalikan tanpa bunga. Untungnya, menjual hasil tangkapan udang tidak susah. Di sini banyak pengepul Pak, jadi nggak susah menjualnya,” ujar Niko.
Baca Selanjutnya:Berapa Banyak Udang Didapat Nelayan? (2)
[…] baca sebelumnya: Musim Udang Tiba, Nelayan Tirtayasa Gembira. (1) […]